Seperti disebutkan sebelumnya, untuk pertama kali Honda membawa fitur Honda Sensing di Indonesia di dalam Accord terbaru ini. Ada beberapa fungsi canggih Honda Sensing yang tersedia di Accord, di antaranya Collision Mitigation Braking System, Adaptive Cruise Control, Lane Keeping Assist System (LKAS), dan Road Departure Mitigation (RDM).
Di dalam Proving Ground Bridgestone kami mencoba fitur canggih ini. Awalnya, kami mendapat kesempatan mencoba LKAS dan RDM. Simulasinya kami melaju di jalan tol dengan beberapa lajur. Dua sistem itu akan mempertahankan mobil agar tetap berada di lajurnya. Jika mobil terdeteksi keluar lajur, sistem secara otomatis memberikan peringatan kepada pengemudi dan sedikit demi sedikit mengembalikan mobil ke dalam lajurnya.
Dengan fitur LKAS, jika sistem mendeteksi mobil melenceng dari tengah lajur jalan pada kecepatan antara 72 km/jam sampai 180 km/jam, sistem akan mengaktifkan gerak koreksi pada setir untuk membantu pengemudi mengembalikan kendaraan ke tengah lajur.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara RDM menggunakan kamera monokular untuk mengenali garis solid dan putus-putus yang ada di jalan raya, juga marka pembatas jalan. RDM menggunakan EPS untuk menjaga kendaraan tetap pada lajurnya, dan jika kendaraan terdeteksi keluar lajur dan melintasi garis solid pembatas jalan, sistem akan bekerja melalui VSA untuk mengembalikan kendaraan ke lajur yang benar.
Awalnya memang agak kaku mengendarai mobil dengan teknologi canggih ini. Seakan-akan kami sebagai pengemudi melawan kehendak mobil di mana setir akan sedikit melawan saat terdeteksi keluar lajur jalan. Namun nyatanya fitur ini sangat membantu kalau pengemudi lengah ketika mobil keluar lajur tanpa dikehendaki.
Selanjutnya kami mencoba fitur Adaptive Cruise Control yang terintegrasi dengan Low-Speed Follow. Dengan Low-Speed Follow, mobil bisa mengikuti kendaraan di depan pada kondisi Stop and Go hingga kecepatan 0 km/jam. Ini bisa bermanfaat saat kemacetan. Jika mobil di depan jalan, Accord ini ikutan jalan, jika mobil di depan berhenti Accord akan ikutan berhenti.
Di dalam sirkuit Proving Ground Bridgestone ini kami juga merasakan fitur Low-Speed Follow. Simulasinya seperti sedang stop and go di tengah kemacetan. Mobil di depan yaitu Honda HR-V diminta untuk maju perlahan dan berhenti seperti saat macet. Dengan mengaktifkan fitur Adaptive Cruise Control, kami tak perlu ngegas atau mengerem lagi. Ketika HR-V jalan, Accord ini secara otomatis mengikuti laju mobil di depan. Ketika HR-V di depan berhenti, Accord akan ikutan berhenti. Namun, jarak antara Accord dengan HR-V di depan saat berhenti memang terlalu jauh sehingga menghasilkan celah kira-kira sepanjang satu unit mobil, tidak seperti jarak antar-mobil saat kemacetan yang bumper-to-bumper. Setidaknya ini adalah cara agar mobil tidak menabrak mobil di depan dan fitur ini sangat memudahkan di saat kemacetan yang melelahkan.
Di jalan tol, kami juga mencoba mengaktifkan fitur Adaptive Cruise Control. Seperti mengaktifkan fitur cruise control pada mobil kebanyakan, pengemudi bisa mengeset kecepatan melaju di jalan tol. Di tol menuju Bandung yang sedikit lengang, kami mengeset kecepatan maksimal di angka 100 km/jam. Namun, ketika ada mobil di depan yang kecepatannya di bawah 100 km/jam, Accord ini secara otomatis akan mengikuti laju mobil di depan dan menjaga jarak. Jika mobil di depan ngerem, otomatis Accord yang sudah aktif sistem Adaptive Cruise Control akan mengikuti mengurangi kecepatan. Sistem ini sangat membantu untuk kenyamanan pengemudi sehingga tidak perlu repot-repot injak gas-rem-gas-rem. Namun, karena masih jarang menggunakan fitur ini, kaki kami harus stand by di pedal rem untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Seperti kata pihak Honda, pengemudi tetap memegang peran penting dan jangan terlalu percaya dengan sistem.
Kembali ke sirkuit Proving Ground Bridgestone, usai mencoba Adaptive Cruise Control dengan Low-Speed Follow, kami mendapat kesempatan untuk merasakan fitur Collision Mitigation Braking System, sebuah fitur yang bisa mengerem sedara otomatis sehingga tidak menabrak mobil di depannya.
Simulasinya, kami melaju dengan kecepatan 20 km/jam, tapi di depan terdapat mobil berhenti yang diwakili oleh sebuah dummy bergambar bagian belakang mobil. Fitur ini bekerja dengan menggunakan milimeter wave radar unit yang tersembunyi di balik grille depan serta monocular camera yang terletak di antara kaca spion tengah dan kaca depan untuk mendeteksi kondisi di depan mobil.
Jika terdeteksi ada kendaraan atau objek di depan dengan jarak yang semakin dekat, sistem akan memberikan peringatan kepada pengemudi melalui gambar di layar MID. Jika pengemudi tidak mengindahkan peringatan itu, sistem akan menerapkan pengereman otomatis. Kami merasakan pengereman yang dilakukan secara otomatis cukup keras dan masuk kategori hard braking atau panic braking. Namun, sistem ini berhasil menghindari tabrakan dengan dummy kendaraan di depan dan menyisakan jarak.
Fitur Collision Mitigation Braking System berguna untuk pengemudi yang mungkin lengah tidak melihat ada kendaraan berhenti di depan.
Selain fitur-fitur itu, Honda Accord juga dilengkapi dengan sistem Auto High Beam yang mengoptimalkan penggunaan lampu depan mobil. Ketika lampu depan diatur ke posisi Auto, sistem secara otomatis menyalakan lampu besar. Namun, jika kamera mendeteksi terdapat kendaraan dari arah berlawanan atau melaju di depan, maka lampu depan akan otomatis menyala ke lampu normal. Ini berfungsi untuk keselamatan sehingga ketika menggunakan lampu high beam tidak menyilaukan kendaraan di depan.
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Ini Dampak Buruk Andai Tarif Ojol Naik 8-15 Persen di Indonesia
Biaya Tes Psikologi Naik, Perpanjang SIM Bakal Keluar Duit Segini