Seperti misalnya Malaysia dan Singapura dimana mobil listrik memang sudah diizinkan untuk mengaspal disana. Sehingga banyak juga pabrikan yang menawarkan mobil bertenaga listriknya di dua negara tetangga itu.
Nissan misalnya yang memproduksi mobil listrik terlaris di dunia, baru berani memboyongnya ke dua negara itu saja. Sementara Indonesia baru sekadar masuk ke daftar negara selanjutnya Nissan akan memasarkan mobil listrik LEAF.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah sebelum akhirnya nanti meluncur di Indonesia, kali ini detikOto berkesempatan untuk menjajal mobil listrik LEAF di Nanyang Technological University Track and Marquee, Singapura. Bukan hanya mobil listrik saja, yang diuji melainkan juga ada Note bermesin konvensional serta Note e-Power.
Masing-masing media dari berbagai negara di Asia dan Australia diperbolehkan mengendarai mobil sejauh dua putaran di kawasan itu. Kesempatan pertama, detikOto mendapat giliran untuk mengendarai Nissan Note bermesin konvensional. Mengendarai hatchback ini rasanya tidak jauh beda dengan mobil-mobil hatchback yang ada di Tanah Air. Suara mesin masih terdengar cukup jelas.
Begitu juga dengan Note e-Power. Meski diklaim mobil listrik karena keseluruhan sistemnya sudah menggunakan motor listrik, namun mobil tersebut masih menggunakan bensin yang berfungsi untuk mengecas baterai motor listrik.
Nissan juga pernah memboyong mobil tersebut untuk dipamerkan di Indonesia bahkan mengundang awak media untuk mengetesnya. Bedanya dengan unit yang detikOto tes di Tangerang kala itu, Note e-Power saat di Nanyang suara mesinnya cukup berisik. Seperti halnya mobil konvensional.
Nah pada kesempatan terakhir, akhirnya detikOto mendapat juga giliran untuk menjajal mobil listrik terlaris di dunia itu. Begitu masuk ke bagian dalam Nissan LEAF, tampak bagian interior yang mirip dengan mobil-mobil hatchback lainnya.
Hanya saja begitu pintunya ditutup, baru terasa senyapnya kabin di dalam mobil. Nissan bahkan mengklaim, kabin LEAF setara dengan mobil-mobil sedan kelas premium. Saat menginjakkan pedal gas, tarikan mobil sangat halus juga responsif. Ditambah tak ada suara mesin meraung yang terdengar.
Kami diberikan dua kali kesempatan untuk mengitari lokasi tersebut. Pada putaran pertama mobil dikendarai dengan biasa saja yakni dua pedal. Kemudian pada kesempatan kedua mobil dikendarai dengan mengaktifkan fitur e-Pedal.
Tanpa mengaktifkan fitur e-Pedal, mengendarai LEAF tak ada bedanya dengan mengendarai mobil pada umumnya. Ketika ingin menambah akselerasi tinggal injak pedal gas dan saat mengurangi kecepatan bisa menginjak pedal rem.
Tapi berbeda saat kita mengaktifkan fitur e-Pedal. Otolovers tak perlu repot-repot memindahkan kaki untuk menginjak pedal rem ketika hendak melambatkan laju kendaraan. Karena sistem e-Pedal memungkinkan mobil berhenti dengan hanya melepaskan kaki dari pedal gas saja. Bahkan rem lebih pakem daripada kita mengerem dengan kaki kita sendiri.
Kala ingin berhenti, dalam jarak beberapa meter kita tinggal melepas pedal gas saja maka mobil langsung berhenti di tempat yang kita inginkan. Jangan khawatir mobil belakang akan menabrak karena kita berhenti tiba-tiba, karena lampu rem juga menyala ketika kita melepaskan pedal gas.
Sayangnya, tak ada tempat untuk mencoba akselerasi LEAF karena lokasi yang tak memadai. Nissan LEAF cukup asyik untuk dikendarai di wilayah perkotaan seperti ibukota Jakarta. Apalagi saat jalanan macet, karena kita tak perlu repot memindahkan kaki.
(dry/ddn)
Komentar Terbanyak
Ini Dampak Buruk Andai Tarif Ojol Naik 8-15 Persen di Indonesia
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar
Cerita di Balik Polisi Kawal Mobil Pribadi Diprotes Pemobil Lain