Jorge Martin masih merasa galau dengan kegagalannya menjadi juara dunia MotoGP. Martin menyesali balapannya di Qatar dan Indonesia, karena menurutnya, dua balapan itu merupakan faktor utama kegagalannya tahun ini.
The Martinator harus puas finis di urutan kedua klasemen setelah Fransesco Bagnaia berhasil mengunci gelar juara pada seri terakhir yang penuh drama di Valencia. Martin terjatuh usai menabrak ban belakang motor Marc Marquez pada salah satu tikungan di lap 6.
Jika ada balapan yang harus disesali oleh Martin, maka itu bukanlah balapan di Valencia, melainkan Losail dan Mandalika. Di Losail, ia harus puas mengakhiri balapan pada urutan kesepuluh karena ban motornya bermasalah. Sedangkan di Mandalika, pebalap Pramac Ducati itu harus terjatuh usai memimpin balapan hampir sepanjang hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baru-baru ini, 1 minggu setelah balapan pemungkas, Martin bicara soal kesulitannya di Qatar. Menurutnya, sangat disayangkan dia harus menerima masalah teknis pada motornya ketika ia harus menguber Pecco dalam persaingan juara. Meski tampil baik pada Sprint Race, tidak cukup baginya memangkas poin dengan Bagnaia.
"Di Qatar rodaban saya rusak. Saya menang pada hari Sabtu dan saya berpikir untuk mengulanginya pada hari Minggu untuk mendekati Pecco. Namun saya berakhir di urutan kesepuluh, sangat menderita. Saya terus terjatuh di setiap tikungan. Di sana saya harus memberikan semangat kepada tim saya. Mereka sangat sedih dengan hasil itu. Di sana saya mengejutkan diri saya sendiri dengan cara yang baik," kata Martin kepada Marca, dikutip Minggu (10/12).
Hal serupa diungkapkan Martin soal balapan di Indonesia. Pebalap Spanyol itu yakin jika menang di Indonesia, dia pasti memenangkan gelar juara dunia MotoGP tahun ini. Sayangnya, dia membuang keunggulan tiga detik dari pebalap lainnya.
"Ini sebuah langkah besar dibandingkan tahun lalu. Sebelumnya saya sering terjatuh dan itu membuat saya harus menjalani banyak operasi. Tahun ini saya lebih konsisten. Namun ada hal yang sangat menyakiti saya, yaitu apa yang terjadi pada balapan di Indonesia," ujar Martin.
"Saya memimpin dengan waktu tiga detik dan jika saya menang, saya hampir pasti akan memenangkan Kejuaraan Dunia MotoGP dengan hasil itu. Merasa sangat unggul, ingin mempermalukan mereka sehingga bisa dikatakan itulah yang membuat saya gagal. Saya telah belajar untuk masa depan Anda bisa menang dua persepuluh atau sedetik jika poinnya sama," jelasnya.
Mengarungi musim depan, Martin punya target untuk kembali bersaing demi gelar juara. Meski begitu, dia sadar hal itu akan sulit dengan dinamika transfer MotoGP yang 'gila-gilaan' saat ini, seperti Marc Marquez yang bergabung ke Ducati, Luca Marini bersama Honda, dan Rins di Yamaha. Menurutnya, tahun depan bakal menjadi musim balap yang menarik.
"Saya melihat diri saya sebagai juara pada tahun 2024, tetapi hal itu membutuhkan banyak hal untuk bersatu. Ini akan menjadi tahun yang menarik. Ada banyak level. Levelnya semakin meningkat. Namun kami harus selalu mengencangkan sekrup dan menjadi juara, lebih baik dari hari sebelumnya," tutupnya.
(rgr/mhg)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?