Prestasi Marc Marquez menurun dalam tiga tahun terakhir. Era kejayaan Marc Marquez diyakini sudah berakhir karena masih mengandalkan gaya balap lama, ini opini mantan pebalap MotoGP sekaligus juara dunia World Superbike, Alvaro Bautista.
Pebalap Ducati di WSBK itu meyakini Marquez adalah pebalap hebat pada masanya. Sampai akhirnya terjadi crash di GP Jerez 2020. Sejak saat itu tubuh Marquez mengalami masalah.
Cedera tangan kanan menghentikan dominasi juara dunia 8 kali itu. Marquez menjalani tiga tahun terakhir dengan penderitaan, rehabilitasi, dan kekalahan yang menyiksa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak Jerez 2020, ada 60 balapan utama Grand Prix telah berlangsung. Tapi Marquez hanya mengambil bagian setengah. Dia cuma bisa menyelesaikan 20 dari 30 balapan.
Alvaro Bautista menilai tubuh Marquez sudah memasuki batas masa kejayaan, usia juga bikin segalanya berbeda.
"Situasi yang sulit, bahkan Anda tidak dapat mengetahui semuanya dari luar. Cedera memengaruhi tubuh dan Anda juga harus bekerja secara mental. Kecelakaan dari begitu banyak balapan dan menjalani begitu banyak operasi bisa memengaruhi kepala," kata dia dikutip dari corsedimoto, Selasa (25/7/2023).
"Marc memiliki bakat yang hebat, tetapi dia tidak bisa mengandalkan itu saja sekarang. Pada tingkat teknis, dia tidak dalam situasi terbaik, Honda tidak mengizinkannya untuk berkendara sesuai keinginannya," sambungnya lagi.
Bautista juga menyoroti gaya balap Marquez sudah usang di saat MotoGP bertabur teknologi aerodynamis dan perangkat tambahan elektronik. Menurutnya, pebalap MotoGP tak perlu seagresif dulu. Gaya balap Marquez sudah tidak cocok lagi.
"Saya juga percaya bahwa telah terjadi perubahan di MotoGP dengan begitu banyak aerodinamika, begitu banyak elektronik dan begitu banyak inovasi yang dibawa. Ketika Marc cedera, ledakan ini dimulai. Ketika dia kembali, dia menemukan MotoGP yang sangat berbeda yang ditunggangi dengan cara yang berbeda, dengan sedikit agresivitas," kata dia.
"Dia selalu sangat agresif dan ingin berkendara seperti itu, tetapi sekarang itu tidak berhasil dan dia tidak dapat melakukannya. Dengan begitu banyak aerodinamika, Anda harus berkendara dengan mulus," sambungnya lagi.
Ducati bisa memimpin karena teknologinya berhasil unggul dari pabrikan Jepang, pebalap yang gaya balapnya yang mulus bisa jadi juara dunia.
"Dia harus memahami cara mengendarai motor MotoGP baru ini, mereka tidak lagi sama seperti sebelumnya. Banyak hal berubah dan Anda harus beradaptasi," saran dia.
(riar/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah