Marc Marquez disebut menghalalkan segala cara untuk mengejar prestasi Valentino Rossi. Gaya balapnya cenderung agresif dan di luar kendali.
Kecelakaan yang terjadi antara Marc Marquez dan Miguel Oliveira di MotoGP Portugal 2023 masih menjadi topik yang dibicarakan oleh banyak pihak.
Pasalnya, manuver yang dilakukan oleh Marquez dinilai terlalu agresif ketika balapan di seri pembuka itu. Hingga akhirnya 'The Baby Aliens' menuai banyak kritikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kritikan salah satunya dilontarkan Loris Reggiani yang merupakan seorang mantan pebalap GP500. Ia menyebut bahwa aksi Marquez kala itu benar-benar tak terkendali.
"Kecelakaan memang sebuah kesalahan, tapi di putaran sebelum-sebelumnya dia (Marquez) telah melakukan dua atau tiga kali senggolan. Marquez di luar kendali, benar-benar di luar kendali" ungkap Reggiani yang dikutip dari MOW Magazine.
Reggiani juga menyinggung soal pengalaman Marquez sebagai seseorang yang telah meraih gelar juara dunia sebanyak 8 kali, tetapi masih suka bertindak agresif. Bahkan Reggiani berpikir bahwa Marquez memiliki masalah fisik yang ditutup-tutupi.
"Menurut saya, seseorang yang telah memenangkan 8 gelar juara dunia tidak bisa (bertindak) seperti itu. Itu sebabnya saya pikir ada sesuatu yang dia sembunyikan dari kita. Apakah itu diplopia? Mungkinkah Dia menyembunyikan masalah fisik yang lebih besar karena hanya muncul (kambuh) sesekali?" tanya Reggiani.
Menurutnya, jika dianalisa dari cara membalap Marquez yang agresif di Sirkuit Portimao, Reggiani mendapati bahwa pebalap Repsol Honda itu tampak seperti orang yang belum pernah balapan.
"Menurut pendapat saya, Dia memiliki masalah yang membuatnya sangat agresif di trek dari apa yang saya lihat di Portimao, karena dia benar-benar di luar kendali sejak awal. Dia tampak seperti seseorang yang belum pernah balapan dengan sepeda motor, itu bukan Marquez," jelas mantan pebalap kelahiran Italia itu.
Bahkan Reggiani menganggap bahwa Marquez tertekan karena ingin mengejar Valentino Rossi yang meraih gelar juara dunia sebanyak 9 kali.
"Mungkin karena tekanan dari 9 gelar juara dunia Rossi yang ingin dia kalahkan dengan segala cara, tetapi dalam kasus itu dia membutuhkan psikolog. Anda tidak boleh membiarkan seseorang yang menginginkan kejuaraan dunia seperti Valentino Rossi lepas kendali," tutur Reggiani.
(dry/din)
Komentar Terbanyak
Heboh Polantas Tanya 'SIM Jakarta', Begini Cerita di Baliknya
Sertifikat Kursus Nyetir Jadi Syarat Bikin SIM, Gimana kalau Belajar Sendiri?
Difatwa Haram, Truk Pembawa Sound Horeg Masuk Kategori ODOL?