Menggelar kompetisi balap membutuhkan biaya yang besar, termasuk MotoGP dan Formula 1. Selain membutuhkan sarana infrastruktur terbaik, ada juga uang yang harus disetorkan ke dua institusi yang memiliki event balapan tersebut. Berapa totalnya?
Menggelar balap MotoGP ternyata memerlukan dana lebih kecil ketimbang Formula 1. Ada sejumlah faktor yang menyebabkan kompetisi balap motor paling bergengsi di dunia ini perlu biaya lebih sedikit dibanding balapan mobil yang dijuliuki jet darat tersebut.
Dikutip dari Motorcycle Sports, untuk menjadi tuan rumah MotoGP memerlukan biaya sedikitnya US$ 4 juta atau sekitar Rp 57 miliar dalam sekali seri. Sebagai perbandingan, kompetisi balap F1 menelan biaya mencapai Rp 1,1 triliun untuk sekali balapan.
Untuk dicatat, jumlah ini tidak sama di setiap negara dan berbeda juga tergantung tahun penyelenggaraan.
Biaya Rp 57 miliar untuk menggelar MotoGP hanya untuk menggelar satu seri balapan, alias satu musim saja. Sementara negara yang menggelar kompetisi balap biasanya menekan kontrak hingga beberapa tahun sekaligus.
Lalu berapa uang yang harus dikeluarkan Indonesia untuk bisa menggelar balapan MotoGP? Terkait bisnis, Dorna Sports bisa dikatakan sangat tertutup. Tidak dikekathui secara pasti berapa nilai kontrak sirkuit-sirkuit yang saat ini jadi tuan rumah balapan tersebut.
Namun Sirkuit Aragon bisa dijadikan contoh dan acuan. Sirkuit tersebut menekan kontrak berdurasi 6 tahun untuk menyelenggarakan MotoGP dengan biaya kontrak sebesar US$ 41 juta (Rp 590 miliar). Artinya, MotoGP Aragon menghabiskan biaya sekitar US$ 7 juta (sekitar Rp 100 miliar) per tahun untuk bisa melangsungkan balapan MotoGP. Ini merupakan biaya di tahun 2011 sampai 2016, sementara kini angkanya dipastikan sudah bertambah.
Meski sama-sama di Spanyol, untuk menggelar seri MotoGP Jerez dan MotoGP Valencia dibutuhkan biaya sebesar US$ 8 juta atau sekitar Rp 115 miliar untuk sekali balapan. Faktor ini disebabkan kedua kota tersebut dapat menampung penggemar lebih banyak, serta terdapat tempat wisata di sekitar yang bisa dikunjungi oleh penonton.
Biaya yang diperlukan untuk menggelar kompetisi MotoGP tentunya berbeda di setiap negara. Beberapa di antaranya membayar lebih mahal, sampai mendekati dua kali lipat.
Uang tersebut juga baru merupakan biaya yang harus dibayarkan ke Dorna. Tentunya setiap negara tuan rumah membutuhkan biaya-biaya lain saat menggelar balapan MotoGP. Mulai dari promosi, faktor-faktor pendukung terkait keamanan dan keselamatan, pelayanan pada tamu VVIP, dan membangun sirkuit jika belum memilikinya.
Secara garis besar, bisnis penyelenggaraan MotoGP bisa digambarkan dalam 3 poin seperti di bawah ini:
1. Sirkuit/negara penyelenggara MotoGP membayarkan sejumlah uang ke Dorna untuk menggelar balapan.
2. Dorna/MotoGP menghasilkan uang dengan cara menjual hak siar balapan MotoGP ke puluhan stasiun televisi di seluruh dunia. Penonton yang ingin menyaksikan melalui internet juga harus membayarkan sejumlah uang.
3. Dorna menghasilkan lebih banyak uang melalui penjualan berbagai macam hak MotoGP. Misalnya game atau kesepekatan-kesepakatan kontrak lainnya.
4. Negara tuan rumah mendapat pemasukan dari sponsor, penjualan tiket, turis yang datang.
Biaya Menggelar Balapan F1
Di dunia balap Formula 1, setiap negara tuan rumah harus membayar apa yang disebut sebagai Commitment Fee. Jumlahnya juga berbeda untuk masing-masing negara.
Contohnya yang dialami beberapa negara seperti Azerbaijan, Rusia, Bahrain, dan Uni Emirat Arab. Negara tersebut diketahui harus membayar hingga US$ 60 juta atau sekitar Rp 821 miliar untuk sekali balapan.
Belum lagi commitment fee ini terus naik setiap tahun. Padahal, umumnya saat sebuah negara sepakat untuk menggelar balapan F1 di wilayahnya, maka kontraknya akan berdurasi beberapa musim sekaligus, misalnya dalam 10 tahun. Jadi saat sebuah negara berkomitmen menggelar balapan F1 maka pengeluaran setiap tahun untuk commitment fee akan terus melonjak.
Untuk dana promotor balapan rata-rata sekitar US$ 40 juta atau sekitar Rp 575 miliar untuk menggelar satu balapan. Itu artinya perhitungan kasar untuk biaya penyelenggaraan F1 mencapai Rp 1,1 triliun.
Apakah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan Formula 1 apakah sebanding dengan pendapatan? Nyatanya tidak.
Dikutip dari berbagai sumber, seperti Grand Prix Malaysia akhirnya tidak memperpanjang kontrak pada tahun 2018 karena semakin besar dana yang harus dikeluarkan. Atau Grand Prix India yang terpaksa terhenti di tahun 2013 karena terlilit utang sebesar US$ 51,4 juta (Rp 740 miliar).
Kemudian Grand Prix Korea Selatan juga dihentikan setelah digelar selama 3 musim saja yakni dari 2010-2013. Hal ini disebabkan sepinya peminat Formula 1 dan akhirnya pihak penyelenggara tidak mendapat keuntungan.
Sementara menggelar balap MotoGP diyakini lebih menguntungkan, sebab dana yang dikeluarkan tidak sebesar F1 dan sebanding dengan pemasukan yang didapat dalam beberapa tahun berikutnya. Hal ini menyebabkan sejumlah negara memilih menggelar balapan motor karena faktor biaya.
Dorna selaku penyelenggara MotoGP bisa meraup keuntungan mencapai US$ 250 juta atau setara Rp 3,6 triliun per tahun. Tapi, pemasukan tersebut juga harus dibagi lagi seperti membantu biaya transportasi antar negara saat kompetisi dan membayar hadiah kepada rider dan tim balap.
Simak Video "Video: Kata Marquez Usai Juarai Sprint Race MotoGP Ceko 2025"
(din/lth)