Ikatan Motor Indonesia (IMI) sangat senang dan menyambut baik niatan komunitas atau perusahaan yang membangun akademi atau sekolah balap dan drift di Indonesia. Soalnya dengan adanya sekolah balap dan drift akan semakin banyak melahirkan bibit muda yang berkualitas dan piawai dalam dunia balap.
"Jadi memang kami dari IMI targetnya ke depan itu, ini (ajang balap/drift) bukan olahraga biasa untuk itu akademi itu jadi satu industri part dari big industrinya motorsport," ujar Ketua Umum PP IMI, Sadikin Aksa, Selasa (17/11/2020) di Karawaci Tangerang kemarin.
Baca juga: Top! Indonesia Kini Punya Sekolah Drifting |
Sadikin memastikan IMI akan terus mendukung sekolah balap di Indonesia dengan melahirkan peraturan yang mendukung sekolah-sekolah balap lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Part motorsport itu bermacam-macam, baik dari pembalapnya, infratuktur seperti sekolah drifting di Tangerang di sini selanjutnya untuk sekolah balapnya ada di Mandalika dan Sentul, dan part motorsport selanjutnya teamnya. Ini menjadi satu paket industri dan dengan adanya akademi atau sekolah artinya industri ini tumbuh," kata Sadikin.
"Kami dari IMI hanya bisa membuka jalan, kalau ada yang bilang kami membangun (membuat sekolah) itu salah, IMI itu hanya regulator dan pendukung. Dukungannya apa bisa seperti apa sih tantangan mereka misalnya untuk regulasi pemerintah daerahkah atau pusatkah, jalan itu yang akan kita bukakan agar investor mau dan masuk," kata Sadikin.
![]() |
Begitu juga soal kurikulum sekolah balap, Sadikin memastikan itu bukanlah menjadi tanggung jawab IMI.
"Akademi atau sekolah balap atau sekolah drifting ini kan berawal dari komunitas, kalau IMI regulasinya. Kalau kurikulumnya itu dari mereka, karena akademi atau sekolah balap itu kita lempar ke bawah biar teman-teman yang benar-benar mengerti yang membuat kurikulumnya," katanya.
"Misalnya dari akademi VR46 itu kurikulumnya dari mereka sendiri begitu juga dengan sekolah balap Marc Marquez, itu cara mengajarnya beda namun ending-nya sama yaitu juara dunia. Tapi mereka punya kurikulum sendiri-sendiri mungkin cara balap satu dengan yang lainnya beda, tidak bisa kita meregulasi kurikulumnya tapi kalau soal balapannya kita bisa (mengatur regulasinya)," tutup Sadikin.
(lth/rgr)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah