Nasib Ojol Gunakan Motor Listrik, Orderannya Sering DItolak

Nasib Ojol Gunakan Motor Listrik, Orderannya Sering DItolak

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Minggu, 11 Sep 2022 10:11 WIB
Ojek online mengendarai motor listrik
Cerita Ojol yang mengenakan motor listrik Foto: Septian Farhan Nurhuda/detikOto
Jakarta -

Meski lebih irit dan ramah lingkungan, namun motor listrik saat ini masih punya satu kelemahan dasar, yakni performa atau kecepatan yang belum memadai. Padahal, sejak beberapa bulan terakhir, mulai banyak driver ojek online (ojol) yang menggunakan unitnya.

Muhammad Sadeli merupakan salah satu driver ojol yang telah lama menggunakan motor listrik buatan Smoot Tempur. Dia menyewa kendaraan tersebut dengan tarif Rp 50 ribu sehari atau Rp 1,5 juta sebulan.

"Motor listrik yang saya pakai ini sewa, bukan milik pribadi. Biaya sewanya Rp 50 ribu sehari, terus minimal peminjamannya sebulan. Enggak boleh kurang dari itu," ujar Sadeli saat ditemui detikOto di kawasan Jakarta Timur, Rabu 7 September 2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sadeli menjelaskan, selama berbulan-bulan menggunakan motor listrik, dirinya merasakan adanya perbedaan dibandingkan motor bertenaga bensin. Misalnya, suara mesin yang lebih halus, biaya operasional yang lebih irit, serta kecepatan yang masih di bawah rata-rata.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berkeliling Borobudur dengan motor listrik. Hal itu dilakukan saat meresmikan layanan kendaraan listrik di Borobudur.Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berkeliling Borobudur dengan motor listrik. Hal itu dilakukan saat meresmikan layanan kendaraan listrik di Borobudur. Foto: dok. Kemenparekraf

"Kalau ditanya bedanya sama motor bensin, ini (motor listrik) lelet banget, enggak bisa ngebut. Kecepatannya cuma 50 kilometer per jam. Jadi kalau ada yang order, saya sering nanya dulu, buru-buru enggak? Takutnya nih motor enggak bisa ngejar," terangnya.

ADVERTISEMENT

Sadeli mengaku, kustomer sering kali membatalkan pesanannya setelah tahu dirinya memakai motor listrik. Meski rasanya sakit, namun lama-lama dia terbiasa dengan keadaan tersebut.

"Kalau ada yang mau order buru-buru, kitanya repot, susah. Saya sih sejujurnya sering banget (orderannya) di-cancel semenjak naik motor listrik. Itu biasanya setelah saya kasih tahu (via pesan) kalau saya naik motor listrik. Biasanya mereka yang emang lagi buru-buru," urainya.

Bukan hanya itu, Sadeli menambahkan, ada sejumlah konsumen yang membatalkan orderannya usai tahu dirinya hendak mampir ke swap station untuk mengganti baterai. Sebab, bagi sebagian konsumen, itu membutuhkan banyak waktu.

"Padahal ganti baterai paling cuma sekian detik aja," kata Sadeli.




(lth/rgr)

Hide Ads