Fenomena Sein Kanan-Belok Kiri Pelakunya Bukan Cuma Emak-emak, Laki-laki Juga Ada

Fenomena Sein Kanan-Belok Kiri Pelakunya Bukan Cuma Emak-emak, Laki-laki Juga Ada

Luthfi Anshori - detikOto
Jumat, 01 Okt 2021 09:33 WIB
Emak-emak nekat terobos tol naik motor matik
Ilustrasi emak-emak mengendarai motor. Foto: Screenshot Instagram aslisurobyo
Jakarta -

Masih banyak pengendara sepeda motor di Indonesia yang berkendara tidak sesuai aturan. Misalnya memberi kode lampu sein ke kanan, tetapi malah belok ke arah kiri, atau sebaliknya. Bukan hanya oleh kaum perempuan, perilaku berkendara yang tidak safety itu juga bisa dilakukan pengendara laki-laki.

Di Indonesia ada fenomena perilaku berkendara motor salah kaprah yang dikenal dengan istilah sein kanan tapi beloknya ke kiri. Di kalangan masyarakat umum, biasanya kaum wanita atau emak-emak yang dinilai sering melakukan praktik tersebut. Namun Manager Safety Riding PT Astra Honda Motor (AHM), Johanes Lucky, tidak sepakat dengan stereotipe tersebut.

"Sebenarnya laki-perempuan sama saja. Karena masalahnya begini, ketika sepeda motor itu membutuhkan skill tertentu untuk dikendarai, sekolah khusus untuk pengendara motor itu belum ada. Dan yang terjadi, para calon pengendara belajar mengendarai motor ke temannya, ke saudaranya, ke bapaknya dan sebagainya. Itu nggak ada standarnya," kata Lucky kepada wartawan di AHM Safety Riding Park, Deltamas, Cikarang, Bekasi (30/9).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan cara seperti itu, menurut Lucky para pengendara motor selama ini hanya mempelajari fungsi-fungsi dasar sepeda motor, seperti cara ngegas, cara ngerem, cara menyalakan lampu sein, dan sebagainya. Sementara untuk praktik berkendara yang aman di jalan raya, mereka tidak mendapat panduannya.

"Kalau ini (fenomena lampu sein kanan, beloknya ke kiri) yang rame kan memang itu (emak-emak) ya. Padahal perilaku kasih lampu sein kanan, beloknya ke kiri, laki-laki ada juga yang melakukannya," sambung Lucky.

ADVERTISEMENT

"Jadi (fenomena) ini lebih ke pemahaman yang enggak tepat terkait dengan instrumen yang ada. Jadi memanfaatkannya nggak sesuai (peruntukkan). Jadi kalau kita melihatnya lebih ke situ, kita menyorotinya berarti edukasi di awal belum standar., sehingga ada yang lewat atau miss," tukas Lucky.

(lua/din)

Hide Ads