Demi Narik Ojek, Anak-anak di Afrika Banyak yang Putus Sekolah

Demi Narik Ojek, Anak-anak di Afrika Banyak yang Putus Sekolah

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Rabu, 13 Jan 2021 21:07 WIB
Crosser di Afrika yang menjadi kurir kesehatan.
Ilustrasi motor di Afrika. Di beberapa negara Afrika banyak anak putus sekolah dan memilih menjadi tukang ojek. Foto: Facebook/Riders for Health International
Jakarta -

Di Afrika, banyak anak yang putus sekolah. Mereka lebih memilih menjadi tukang ojek menggunakan motor China yang murah.

Menurut Catherine Audrey Simango, dari TES--sebuah bisnis edukasi global, di Afrika banyak anak yang meninggalkan sekolah demi uang yang dengan mudah didapat sebagai pengemudi ojek. Salah satunya adalah Arnold, 14 tahun di di Zambia

Meski selama pandemi COVID-19, Arnold hampir tidak tidur. Setiap hari dari pukul 4 pagi sampai 8 malam ia menjadi tukang ojek. Dia mengantarkan siapa saja yang membutuhkan, baik wanita hamil, turis sesekali, bankir, semuanya dengan motor buatan China. Di usianya yang masih 14 tahun, Arnold seharusnya masih duduk di bangku sekolah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, dia telah meninggalkan keinginannya kembali ke sekolah. Di Zambia serta di Mozambik dan Malawi, ribuan sepeda motor buatan China yang murah membuatnya sangat menarik bagi generasi muda untuk mendapatkan uang dan meninggalkan sekolah.

Masalah motor murah yang mudah didapatkan membuat banyak anak sekolah memutuskan untuk narik ojek. Masalah ini sudah ada sebelumnya, dan didorong kondisi pandemi COVID-19 serta perusahaan motor China dengan didukung kredit bank membuat ribuan pemuda di Afrika bagian selatan memilih menjadi ojek. Mereka memberikan layanan transportasi murah dan mengisi celah di negara tanpa angkutan umum.

ADVERTISEMENT

Dengan mengandalkan kredit tanpa pemeriksaan latar belakang, pemuda berusia 14 tahun tanpa SIM atau helm bisa menjadi pemilik motor dalam semalam. Mereka kemudian bekerja untuk mengangkut ribuan orang setiap hari di desa dan kota. Dengan jasa itu, mereka bisa membeli makanan, sewa atau obat-obatan untuk keluarga besar mereka.

Menurut Unicef, ada 800.000 anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikan formal di Zambia saat ini. Lebih lanjut, badan pembangunan internasional USAID mengatakan bahwa pada tahun 2020, di dekat Mozambik, di mana ojek sangat populer, 50 persen anak perempuan putus sekolah pada kelas lima SD.

"Ini adalah dilema dari skema menghasilkan uang yang menciptakan generasi baru pemuda yang tidak berpendidikan," kata Yasin Lode, seorang pemerhati kemanusiaan lokal di Zambia.




(rgr/din)

Hide Ads