Soal Pengendara Moge yang Dicap Arogan

Round-Up

Soal Pengendara Moge yang Dicap Arogan

Tim detikcom - detikOto
Jumat, 06 Nov 2020 09:26 WIB
Michelin Indonesia bersama ratusan pengendara motor besar mengadakan kegiatan Sunmori. Dalam kegiatan itu juga turut disosialisasikan keselamatan berkendara
Kenapa moge dicap arogan? Foto: Dok. Michelin Indonesia
Jakarta -

Pengendara motor gede (moge) dicap arogan. Oknum pengendara moge yang kerap bikin resah membuat masyarakat mencap semua pengendara moge itu arogan. Kenapa pengendara moge dicap arogan?

Pengamat Otomotif Yannes Martinus menyebut dimensi motor serta ergonomi berkendara motor gede terutama Harley-Davidson juga mempengaruhi sikap penunggangnya. Menurut Yannes, berdasarkan sebuah studi, gaya berkendara dengan setang yang lebar dan tinggi membuat pengendara moge seakan lebih 'kuat.

"Jadi kalau kita bicara desain, ini bukan saya bikin statement, tapi ini riset dari kampus paling keren di dunia, MIT," kata Yannes.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yannes menyebut posisi berkendara tangan terbuka lebar saat riding moge ternyata tak hanya mempengaruhi kenyamanan berkendara. Psikologis pengendara moge dengan gaya berkendara tersebut juga berpengaruh.

Sejumlah pengendara Moge melintas di Flyover Pancoran, Jakarta, Minggu (31/05/2020). Mereka berkonvoi jelang penerapan new normal.Sejumlah pengendara Moge melintas di Flyover Pancoran, Jakarta, Minggu (31/05/2020). Mereka berkonvoi jelang penerapan new normal. Foto: Rengga Sancaya

"Expansion body itu membuat siapa pun yang menggunakannya, yang berada dalam posisi expand posisinya. Itu akan menjadi sosok yang lebih berani, lebih merasa kuat, lebih berani mengambil risiko, makanya kalau kita lihat meja direktur, lebih gede kursinya, lebih besar," ujar Yannes.

ADVERTISEMENT

"Expansion body ini membuat karakter manusia yang tadinya introvert jadi ekstrovert," sambung akademisi dari Institut Teknologi Bandung ini.

Bentuk Harley-Davidson yang punya dimensi besar juga mempengaruhi. Tidak hanya itu, dengan suara khas menggelegar mesin V-Twin yang diusung Harley-Davidson juga cukup membuat degup jantung bergetar.

"Sekarang saya lihat desain kendaraan Harley-Davidson mau nggak mau bikin kita expand. Itu baru dari gestur kita, kemudian visualnya body-nya gede."

"Jadi kalau dia di alam bebas kalau kita analogikan dengan hewan, setara singa deh, besar, powerful. Belum kalau dia mengaum, roaming-nya menggelegar, rpm-nya tinggi provoking dan bikin orang jadi agak kerut juga," jelas Yannes.

(Halaman berikut: Pengendara Moge Eksklusif?)

Sementara itu, Indro Warkop yang dikenal sebagai salah satu dedengkot komunitas pengguna Harley-Davidson di Indonesia mengatakan moge itu memang eksklusif, tapi bukan berarti moge memiliki hak lebih tinggi di jalan. Di jalanan semua pengendara termasuk moge memiliki hak yang sama.

Pemilik nama asli Indrojojo Kusumonegoro itu diketahui sudah menunggangi Harley-Davidson kala remaja. Pesan yang selalu tertanam di benaknya ketika konvoi ialah mengedepankan sisi humanis.

"Ketika motor 10 saja ramai-ramai (konvoi) jalan. Bahayanya lebih, baik untuk kita kelompok sendiri, maupun pengguna jalan lain. Makanya selalu saya bilang, 'Yuk sadar diri, kita warga negara biasa, mari berbagi dengan yang lain' supaya yang ada di benak kita terus bahwa 'hey kita pemakai jalan juga, sama dengan yang lain lho'," kata Indro.

Sedikit mengungkit kepingan sejarah Harley-Davidson di Indonesia. Indro mengatakan bahwa pengguna Harley-Davidson terdahulu tidak didominasi kaum atas, latar ekonomi kelas satu tidak menentukan kepemilikan. Sebab motornya tergolong tua, dan unitnya peralihan dari kendaraan pemerintah.

"Kalau dulu dikenalnya motor dum." kata Indro.

Anak Moge Dilatih Safety Riding oleh PolisiAnak Moge Dilatih Safety Riding oleh Polisi Foto: Dok. Eki Razaki/HOG Anak Elang Jakarta Chapter

"Mohon maaf, kalau sekarang Harley-Davidson milik menengah ke atas. Bahkan saya aja sekarang nggak kuat beli motor sekarang ini. Kalau jaman dulu saya kan menengah ke bawah," kenangnya.

Kini motor Harley-Davidson di Indonesia menjadi simbol kemewahan, dan status sosial. Hanya segilintir orang yang bisa memilikinya. Di sisi lain, ia prihatin dengan peristiwa antara anggota TNI dengan rombongan Harley-Davidson terjadi di Bukit Tinggi beberapa waktu yang lalu.

"Kita ini manusia-manusia yang dipilih untuk bisa menikmati hobi yang bukan main. Apalagi sekarang jadi hobi mewah menjadi eksklusif, nggak usah diekslusifin itu memang sudah eksklusif."

"Saya berharap kita mensyukuri ini, mensyukurinya seperti apa? ya kita ingat banyak yang nggak bisa seperti kita. Sementara kita memakai jalan, jalan umum, yang bukan cuma kita sendiri, marilah kita syukuri itu dengan berbagi dengan masyarakat yang lain," kata Indro.


Hide Ads