Bisa Kehilangan Penghasilan, Ojek Online Tolak Lockdown

Bisa Kehilangan Penghasilan, Ojek Online Tolak Lockdown

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Rabu, 18 Mar 2020 09:17 WIB
Kolong rel kereta Juanda kini menjadi lokasi shelter ojek online. Keberadaan shelter itu guna mencegah terjadinya penumpukan ojek online di pinggir jalan.
Ojek online menolak lockdown. Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Demi mencegah penyebaran virus corona, beberapa negara memutuskan untuk mengkarantina atau istilahnya lockdown. Lockdown dilakukan untuk mengunci akses masuk dan keluar sebuah daerah atau negara untuk mencegah penyebaran penularan virus corona.

Lockdown mengharuskan sekolah, tempat umum, transportasi umum, bahkan industri tidak menjalani aktivitas sementara waktu. Driver ojek online pun menolak dengan tegas jika Indonesia menerapkan lockdown.

"Kami menolak lockdown, artinya kalau lockdown itu kan tidak boleh ada aktivitas apa pun di jalan raya ya. Sebagian besar di Jakarta atau di tempat lain kan pekerjanya informal, khususnya kami para ojek online, yang harus mencari nafkah sehari-hari ya (penghasilan harian). Nah di situ kalau sampai terjadi lockdown artinya kita dirumahkan semua," kata Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono, yang juga aktivis ojek online, kepada detikcom, Rabu (18/3/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ojek online tidak akan mendapat penghasilan jika terjadi lockdown. Ojek online tidak akan mendapat penghasilan jika terjadi lockdown. Foto: Rifkianto Nugroho

Menurut Igun, jika terjadi lockdown, maka driver ojek online akan kehilangan penghasilan. Soalnya, profesi jasa ojek online ini mengandalkan penghasilan yang didapat secara harian.

"Kita mau cari penghasilan dari mana apabila terjadi lockdown. Apabila terjadi lockdown, semua aktivitas jadi lumpuh total bagi ojek online. Dan praktis hilang penghasilan. Ini kan bahaya, karena ojek online kan juga butuh untuk pendapatan buat nafkah maupun buat membayar cicilan kendaraan," ujar Igun.




(rgr/din)

Hide Ads