Disampaikan Kepala Laboratorium Transportasi, Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Tri Tjahjono, angka kecelakaan bermotor yang melibatkan anak di bawah umur tiap tahunnya terus bertambah. Di tahun 2016 saja tercatat ada 2.918 kasus kecelakaan motor yang melibatkan anak SD (Sekolah Dasar) dan 7.927 yang masih SMP.
"Kecelakaan motor yang melibatkan anak di bawah umur sangat memprihatinkan. Angkanya cukup besar. Sepertinya ada yang salah di tujuan penggunaan sepeda motor," katanya di ketika menghadiri diskusi tentang implementasi ABS di Indonesia Motorcycle Show (IMOS) 2018, Senayan, Jakarta, akhir pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Motorcycle is not a toy, bukan mainan. Bukan juga untuk bergaya. Kalau memang ingin main, ya seperti anak kecil dahulu saja yaitu pakai sepeda," lanjut Tri.
Dirinya juga menyampaikan, di beberapa wilayah banyak juga anak di bawah umur yang memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi. "Ini sebenarnya tugas kita bersama (dari keluarga hingga petugas kepolisian), mindset ini yang harus diubah," tuturnya.
"Kalau bisa juga kita jangan gunakan sepeda motor dalam jarak yang jauh. Jadikan sebagai transportasi penghubung saja. Seperti pakai motor dari rumah ke stasiun kereta, lalu pulang dari kantor sebaliknya. Jadi hal-hal tersebut bisa mengurangi tingkat kecelakaan berkendara secara keseluruhan," tutup Tri.
Tonton juga 'Miris Anak di Bawah Umur Berkendara di Jalan Raya':
(ruk/ddn)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!