Pemerintah terus menggenjot adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Namun hingga awal April 2025, penjualan motor listrik justru belum menunjukkan geliat berarti.
Menurut Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli), penyebab utama penjualan motor listrik masih lesu ini adalah insentif yang tak kunjung diketok palu oleh pemerintah.
"Sekarang ini penjualan sepeda motor listrik dengan berbagai skema yang ada (tahun lalu) akhirnya kembali ke skema semula, kita jual dengan kondisi yang ngga ada subsidi, tapi karena masyarakat tau bahwa tahun kemarin ada subsidi jadi banyak yang nunggu akhirnya nggak membeli dulu, nahan membeli," kata Eko Prabowo, Ketua Asimoli dikutip dari CNBC Indonesia.
Sepanjang kuartal I 2025, motor listrik yang terjual baru sekitar 2.000 unit. Jumlah ini jauh dari target pemerintah yang mematok angka 200 ribu unit hingga akhir tahun.
Perlu diingat bahwa, penjualan motor listrik sempat naik drastis pada 2024 lalu. Hal tersebut dikarenakan adanya insentif potongan harga hingga Rp 7 juta untuk setiap unit yang memenuhi syarat.
Namun memasuki 2025, program insentif tersebut belum diperpanjang secara resmi. Baik produsen maupun konsumen kini menanti kejelasan. Hingga pertengahan April ini, kebijakan baru belum juga diumumkan.
"Kita sudah bersurat ke Kementerian terkait Kemenko Ekonomi, Menkeu, Menperin, Menteri ESDM karena yang diberi subsidi bukan hanya motor baru, tapi konversi juga. Kita usulkan tahun 2025 diteruskan yang 2024 saja karena sudah bagus sistem. Dan besaran subsidi, kalau bisa jangan dikurangi," kata Budi.
Situasi ini membuat produsen menahan pasokan dan konsumen memilih menunggu. Tanpa insentif, harga motor listrik jadi kurang menarik dibanding motor konvensional.
Selain itu, masih ada tantangan lain seperti keterbatasan infrastruktur pengisian daya, harga baterai yang tinggi, hingga keraguan masyarakat terhadap daya tahan motor listrik.
Aismoli juga mengaku sudah meminta waktu kepada Ketua Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko, untuk berdiskusi soal skema subsidi agar bisa dilanjutkan seperti tahun 2024.
Mereka berharap ada perhatian lebih dari pemerintah terhadap industri motor listrik. Terlebih dengan suplai yang tinggi saat ini, para pelaku industri merasa sangat membutuhkan insentif agar stok tidak menumpuk.
"Perlu percepatan supaya ngga menggantung seperti sekarang ini, sehingga masyarakat bisa langsung membeli dan kemudian industri dengan persiapan cukup banyak bisa langsung menjual karena sekarang kita overstock, jadi banyak barang motor listrik dengan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) 40% sekarang banyak numpuk, bukan hanya di industri, tapi di diler-diler," tutup Budi.
Simak Video "Video: Diduga Korsleting, Motor di Jambi Terbakar di Jalan"
(mhg/riar)