Merek mobil listrik asal China, BYD, harus menelan pil pahit. Untuk pertama kalinya dalam tiga setengah tahun, laba kuartalan perusahaan ini turun nyaris 30 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Laporan Reuters menyebutkan laba bersih perusahaan kendaraan listrik terbesar di dunia tersebut mencapai 6,4 miliar yuan atau sekitar Rp 14,5 triliun pada kuartal kedua.
"Laba bersih produsen kendaraan listrik terbesar di dunia mencapai 6,4 miliar yuan pada kuartal kedua, menurut laporan yang dirilis pada hari Jumat (29/8/25), turun 29,9% dari tahun sebelumnya, setelah naik 100,4% pada kuartal pertama," tulis Reuters dalam laporannya.
Data resmi menunjukkan laba bersih BYD di kuartal II 2025 hanya mencapai sekitar 6,4 miliar yuan atau setara Rp 14,5 triliun. Angka itu anjlok dari pencapaian tahun lalu, meski pendapatan mereka sebenarnya masih tumbuh sekitar 14 persen.
Reuters menyebutkan penyebab turunnya laba BYD ini tak lepas dari strategi diskon besar-besaran yang sebelumnya jadi senjata utama BYD melawan Tesla dan rival lokal lain.
Harga yang ditekan terlalu dalam memang sempat mendongkrak penjualan, tapi margin keuntungan perlahan terkikis. Dari yang sebelumnya 18,7 persen, kini susut jadi 16,3 persen.
Belum berhenti di situ, pemerintah China yang sedang aktif menertibkan "perang harga" juga diklaim membuat laba BYD tergerus.
BYD dan produsen lain kini diwajibkan membayar pemasok maksimal dalam 60 hari, sebuah aturan yang membuat arus kas semakin ketat. Diskon pun mulai berkurang, rata-rata tinggal 6,7 persen di awal Agustus.
Meski di dalam negeri tersandung, BYD mencoba menyeimbangkan dengan ekspansi global. Penjualan luar negeri mereka melonjak empat kali lipat dalam tujuh bulan pertama tahun ini, bahkan di Eropa berhasil menyalip Tesla.
Di Indonesia sendiri, kehadiran Atto 1 yang menjadi primadona Gaikindo Indonesia International Auto Show 2025 kemarin juga membuat penjualan BYD terdongkrak.
Selain itu, BYD juga menyiapkan pabrik di beberapa negara selain Indonesia, mulai dari Hungaria, Turki, hingga Thailand, lengkap dengan armada kapal ekspor untuk memperlancar distribusi.
Target besar tetap dicanangkan 5,5 juta unit terjual sepanjang 2025. Namun hingga Juli, BYD baru mencatat 2,49 juta unit atau 45 persen dari target. Dengan pasar domestik yang semakin ketat, pertaruhan besar kini ada di pasar global.
Simak Video "Review BYD Atto 1 Dynamic: Mobil Listrik 'Murah' yang Sangat Menarik!"
(mhg/rgr)