Cara Suzuki Tangkal Pemalsuan Sparepart

M Luthfi Andika - detikOto
Jumat, 02 Feb 2024 19:32 WIB
Ilustrasi Sparepart Foto: Suzuki
Jakarta -

Pemalsuan sparepart kendaraan kerap terjadi, jika tidak teliti detikers bisa dirugikan lho, karena sudah pasti kualitas yang disajikan bakal jauh berbeda dibandingkan dengan sparepart genuine atau asli.

PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) memiliki cara untuk bisa mengakali agar para konsumen Suzuki tidak merasa tertipu saat membeli sparepart. Seperti yang disampaikan Spare Parts Dept. Head PT SIS, Christiana Yuwantie.

"Soal pemalsuan, kita tengah mengembangkan satu aplikasi. Aplikasi itu akan kita kasih QR board di lebel sparepart-nya, pada saat konsumen beli dia bisa membedakan mana produk Genuine kita dengan mana yang bukan dengan scan barcode itu," ucap Christiana.

"Setelah itu konsumen akan diarahkan ke website kita, kalau itu memang produk kita (produk asli) maka akan tertera kode produksinya, lengkap dengan SNI dan lain-lain, tapi jika tidak (sparepart palsu) akan tetap diarahkan ke website kita, tapi akan keluar kalimat bahwa itu bukan produk kami. Saat ini baru dikembangkan untuk oli (asli atau tidak)," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Christiana juga pastikan ketersediaan sparepart Suzuki dipastikan aman untuk bisa memenuhi kebutuhan para pecinta Suzuki.

"Permintaan sparepart paling banyak, yaitu sparepart periode maintenance atau sparepart rutin itu selalu ada, karena 80 persen permintaan konsumen itu pasti yang fast moving. Nah fast moving kita sudah punya sistem yang bisa mencatat permintaan apa saja yang dibutuhkan di setiap dealer," Christiana menjelaskan.

Infiniti setop jualan di Indonesia. Diler satu-satunya di Indonesia berganti wajah menjadi diler Suzuki. Foto: Khairul Imam Ghozali

"Jadi service ratio fast moving kita itu mencapai 97 persen, artinya cuma 3 persen yang tidak bisa kita suplai saat itu juga, misalkan ada 10 order yang tidak bisa disuplai itu paling hanya 1 atau 2, sisanya langsung bisa disuplai saat itu juga," Christiana menambahkan.

Christiana menjelaskan stok 3 persen itu biasanya permintaan yang very slow moving.

"Nah yang 3 persen itu biasanya permintaan yang very slow moving, seperti barang-barang yang hampir jarang sekali rusak seperti kabel, kabel itu kalau tidak tabrakan tidak akan rusak, itu sangat jarang ada permintaan. Yang seperti itu, kita memang tidak minta dealer stok, karena kalau dealer stok, itu akan menjadi investasi mati untuk mereka. Kami sebagai APM (Agen Pemegang Merek) harus pintar-pintar, supaya dealer tidak stok tapi saat konsumen minta kami punya," ujar Christiana.

"Itu kesulitannya mengatur stoknya pas tidak kebanyakan, karena bisa menjadi investasi mati (permintaan sparepart), tapi saat konsumen datang kita selalu punya," tutup Christiana.



Simak Video "Video: Kenalkan e Vitara, Mobil Listrik Pertama Suzuki yang Dijual Awal 2026"

(lth/rgr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork