Penjualan Mobil Mentok 1 Jutaan Unit, Apa Harganya Sudah Kemahalan?

Penjualan Mobil Mentok 1 Jutaan Unit, Apa Harganya Sudah Kemahalan?

Ridwan Arifin - detikOto
Kamis, 18 Jan 2024 08:07 WIB
Penjualan Domestik Kendaraan Komersial Naik

Sejumlah mobil terparkir di Car Port Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (12/3/2018). Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyatakan bahwa penjualan domestik kendaraan komersial sampai pada 2017, 235.307 unit terbagi di antaranya truk naik 45%, pickup naik 6 persen, dan double cabin naik 46 persen. Grandyos Zafna/detikcom
Penjualan mobil di Indonesia Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Pasar otomotif dalam negeri sedang dalam fase one million trap alias mentok di angka satu juta unit. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) masih mencari tahu apa yang menyebabkan pasar dalam negeri tidak berkembang.

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan sedang bekerja sama dengan LPEM (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI). Hasil analisa belum ketemu, termasuk apakah disebabkan gara-gara harga mobil yang sudah kemahalan.

"Kita nggak gegabah dalam mencari solusinya, sekarang kita sedang mengkaji dengan LPEM UI, kenapa ini satu dekade masih satu juta, jadi banyak sisi yang kita lihat apakah mobilnya terlalu mahal, apakah kemudian perlu sisi lain lagi, misalnya pertumbuhan ekonomi, belum selesai studinya," ujar Kukuh di Jakarta Selatan, Selasa (16/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang berapa sih harga mobil di Indonesia yang masuk kategori paling murah saat ini?

Pertama ambil di segmen Low Cost Green Car (LCGC), program ini berhasil mendongkrak penjualan mobil di Indonesia mencapai angka satu juta unit per tahunnya. Bertahun-tahun LCGC selalu masuk dalam jejeran mobil terlaris.

ADVERTISEMENT

Segmen LCGC diisi oleh berbagai merek. Honda punya Brio Satya yang dijual Rp 167,9 juta hingga Rp 198,3 juta.

Tak cuma Honda yang menjual LCGC jenis city car 5-penumpang saja yang mendekati angka Rp 200 juta. Toyota Agya saat ini dijual mulai Rp 167,9 juta hingga Rp 191,4 juta.

LCGC termurah sekarang jatuh pada Daihatsu Ayla yang dijual Rp 135 juta untuk varian paling bawah. Tapi mobil itu juga memiliki berbagai trim, harga termahalnya sekarang Rp 190,9 juta.

Selanjutnya LCGC 7-seater yang dijual oleh Daihatsu dan Toyota. Untuk model ini, Daihatsu Sigra sekarang bisa ditebus Rp 138 juta hingga Rp 181,6 juta. Sementara kembarannya, Toyota Calya dibanderol Rp 164,7 juta hingga Rp 173,2 juta.

LCGC diketahui merupakan segmen mobil paling murah di Indonesia saat ini. Bagaimana dengan harga mobil-mobil Low MPV seperti Avanza, Xenia, Stargazer, Ertiga, Xpander, dan Mobilio? sebagian besar sudah merangkak naik juga, bahkan pada trim tertinggi sudah melewati Rp 300 juta.

Avanza paling murah sekarang dijual Rp 237,1 juta, sedangkan Veloz dijual mulai Rp 290,7 juta hingga Rp 315,3 juta. Lanjut pada Xenia, mobil itu sekarang dibanderol mulai dari Rp 222,6 juta sampai Rp 279,8 juta.

Kompetitor dari dua merek tersebut, Xpander dijual dari Rp 261,2 juta hingga Rp 315,9 juta. Selanjutnya pendatang baru dari Korea Selatan, Stargazer saat ini punya harga Rp 248,6 juta-Rp 320,9 juta. Lalu Ertiga saat ini memiliki harga Rp 228,4 juta-Rp 262,8 juta, sementara versi mild hybrid dibanderol Rp 273,7 juta sampai Rp 295,6 juta.


Pasar mobil Indonesia menunjukkan stagnasi pada level penjualan sekitar satu jutaan per tahunnya, padahal rasio kepemilikan mobil masih sekitar 99 mobil per 1.000 penduduk.

Penjualan mobil tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2013 yang mencapai 1.229.811 unit kemudian terus merosot di tahun berikutnya namun tetap berada di level satu jutaan.

Mengutip paparan LPEM (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat) FEB UI pada GIIAS 2023 lalu, pendapatan per kapita yang naik tipis per tahun 3,65 persen, - masih berada dalam kelompok negara berpendapatan menengah-atas awal.

Pendapat per kapita yang naik tipis tersebut disebabkan pertumbuhan ekonomi yang berkisar antara lima persen dalam kurun waktu periode 2015-2022. Ini menjadi salah satu penyebab penjualan mobil di Indonesia stagnan di level satu juta unit.

"Tapi indikasinya adalah perlu pertumbuhan yang lebih tinggi, kalau kita lihat dari data Gaikindo pada saat kita menembus 1,4 juta unit, 1,3 juta unit itu pertumbuhan ekonomi di 2011, 2012 itu enam persen lebih tapi itu di luar kemampuan Gaikindo, itu kan sesuatu yang lebih luas lagi. Itu coba kita kondisikan, jadi beberapa kajian kemudian ada generasi baru; generasi Z, atau millenial. Itu preferensinya berbeda," ujar Kukuh.

Di sisi lain untuk menumbuhkan pertumbuhan pasar, berdasarkan pengalaman pemerintah melakukan relaksasi pajak saat Covid-19 membuat permintaan mobil tinggi. Pasalnya, konsumen sensitif terhadap harga. Perlunya insentif fiskal sebagaimana yang diberikan pada 2021 yakni pengurangan pajak pertambahan atas barang mewah (PPnBM).

Kala itu pemerintah menerapkan diskon PPnBM 0 persen. Berkat diskon PPnBM tersebut, harga mobil yang dijual di Indonesia pun turun cukup signifikan. Beberapa model turun hingga puluhan juta. Alhasil, penjualan mobil di Indonesia juga meroket meski pasarnya tengah lesu karena dilanda Covid-19.

Indonesia punya banyak instrumen pajak, nyaris 50 persen merupakan dari harga mobil disetor ke pemerintah. Hal ini diungkapkan pengamat otomotif, Yannes Pasaribu ada beberapa instrumen pajak yang dikenakan mulai dari biaya bea impor komponen, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), biaya tanda pendaftaran, biaya uji tipe, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, STNK, dan sebagainya.

"Harga akhir sebuah mobil di Indonesia itu relatif mahal sebenarnya, karena di samping pajak-pajak yang dikenakan pada sebuah mobil, ada berbagai pungutan lainnya sejak mobil keluar dari pabrik hingga ke dealer. Hal inilah yang membuat harga OTR mobil semakin tinggi," ujar akademisi dari ITB ini, beberapa waktu yang lalu.




(riar/din)

Hide Ads