Pabrik otomotif saat ini sudah mulai menggunakan sistem otomatisasi. Penggunaan robot canggih untuk memproduksi mobil sudah jamak dilakukan. Tak terkecuali pabrik mobil di Indonesia.
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sudah menggunakan sistem robot tersebut untuk memproduksi mobil. Robot-robot itu bertugas melakukan beberapa pekerjaan mulai dari pencetakan komponen, pengelasan, sampai pengecatan.
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Nandi Julyanto mengatakan pihaknya sangat berhati-hati dalam menentukan otomatisasi. Meski pabrik Toyota sudah menggunakan robot, tenaga manusia masih dibutuhkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita tidak mau otomatisasi menjadi tujuan. Otomatisasi adalah alat untuk mencapai kualitas yang stabil, untuk pekerjaan-pekerjaan sulit. Kalau welding yang bagian floor itu kalau kita tidak pakai robot itu mungkin kita menggunakan gun yang sangat panjang. Sehingga digunakanlah robot," kata Nandi di Toyota Karawang Plant 2, Jawa Barat.
![]() |
Di beberapa bagian, tenaga kerja manusia masih dibutuhkan untuk memproduksi mobil. Mulai dari pengoperasian robot sampai perakitan masih ada tenaga kerja yang dibutuhkan.
"Kalau kita lihat di assembling almost kita masih menggunakan (tenaga) orang. Di painting sudah 90 persen, karena painting kan environment-nya kita harus pakai pakaian khusus. Di welding sekitar 40 persen. Di assembling mungkin hanya 10% yang otomatisasi untuk mengangkat kaca yang berat," beber Nandi.
![]() |
Wakil Presiden Direktur PT TMMIN Bob Azam mengatakan meski berinvestasi di otomatisasi produksi, pihaknya juga harus menyiapkan sumber daya manusia (SDM). Tenaga kerja juga dibutuhkan untuk melakukan perawatan robot.
"Robot sekali ngambek bisa 2-3 minggu loh, salah-salah efisiensi kita malah turun. Jadi kita mempersiapkan, makanya kita bikin akademi di sini, supaya nanti at least operator-operator kita sudah setara D2, D3, yang mereka tidak hanya mengerti produksi, tapi juga mengerti maintanance juga. Jadi kalau mesinnya rusak, dalam hal tertentu mereka bisa dalam hal tertentu bisa melakukan maintanance," sebut Bob.
Bahkan di Jepang, kata Bob, pabrik mobil mengalami deotomatisasi. Ada beberapa bagian yang justru dikembalikan ke manual.
"Untuk improvement. Sebab kalau sudah robot, nggak ada improvement. Yang bisa melakukan improvement orang. Jadi balik lagi ke orang lagi," katanya.
Direktur Manufaktur PT TMMIN I Nyoman Winaya menambahkan, tenaga manusia juga masih dibutuhkan untuk 'mengajari' robot dalam bekerja memproduksi mobil.
"Maintanance ini kalau di kami, kalau robot masalah itu bisa lama. Sehingga bagaimana kita bisa mengetahui sebelum robot itu stop. Itulah yang kami lakukan. Sehingga kita perlu lakukan otomatisasi dan bagaimana memprediksi sebelum equipment itu stop. Kita meningkatkan otomasi ini adalah untuk quality, kedua untuk membantu member-member kita pada waktu mengalami kesulitan," ujar Nyoman.
Terkait SDM, insinyur-insinyur Toyota Indonesia juga bisa bersaing dengan insinyur luar negeri. Bahkan, pabrik Toyota dari beberapa negara meminta insinyur asal Indonesia untuk mengajari proyek produksi kendaraan.
"Kita diminta untuk membantu regional dalam hal mempersiapkan projek-projek di negara lain. Engineer-engineer kita diminta ke Malaysia, Filipina, untuk membantu mempersiapkan projek-projek. Bukan hanya dia ke pemasangan equipment, tapi manajemennya, termasuk problem solving. Jadi pada waktu robot teaching bagaimana kita bisa memprogram dengan kondisi plant yang berbeda-beda tiap negara," ucap Nyoman.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Ini Dampak Buruk Andai Tarif Ojol Naik 8-15 Persen di Indonesia
Biaya Tes Psikologi Naik, Perpanjang SIM Bakal Keluar Duit Segini