Ilmuwan Sebut Mobil Listrik Bukan Solusi Turunkan Emisi

ADVERTISEMENT

Ilmuwan Sebut Mobil Listrik Bukan Solusi Turunkan Emisi

Tim detikcom - detikOto
Jumat, 03 Feb 2023 13:09 WIB
Vice President PT Toyota-Astra Motor (TAM) Henry Tanoto, Marketing Director PT Toyota-Astra Motor Anton Jimmy Suwandy, Suraniwati Tjandrasa Finance Director PT Toyota-Astra Motor dan Takeshi Yamakawa Finance Director PT Toyota-Astra Motor saat peluncuran Toyota bZ4X di Jakarta, Kamis (10/11/2022).
Mobil listrik ternyata punya dampak buruk juga terhadap Bumi (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Berbagai negara di dunia telah menunjukkan komitmennya untuk menghadirkan kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Untuk saat ini, mobil listrik berbasis baterai dianggap lebih ramah lingkungan. Di sisi lain, penggunaan kendaraan listrik yang masif, ternyata, juga berdampak buruk bagi Bumi.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Ilmuwan Toyota, Gill Pratt, dalam World Economic Forum di Davos, Swiss, belum lama ini. Dikutip Automotive News, Pratt berpendapat bahwa strategi all EV yang diumumkan oleh beberapa produsen mobil akan gagal mencapai tujuan pengurangan emisi.

Pratt menganalogikan dalam satu lingkungan ada 100 kendaraan bermesin konvensional yang memiliki rata-rata emisi 250 gr co2 per kilometer. Kemudian jika tersedia lithium untuk menghasilkan baterai 100 kWh, baterai itu hanya bisa digunakan oleh satu mobil listrik murni. Penurunan emisinya pun tak seberapa, hanya menjadi 248,5 g/km karena cuma satu mobil yang diganti jadi mobil listrik dengan material lithium yang tersedia, sementara 99 sisanya masih pakai mesin bakar.

Ilustrasi Emisi Kendaraan Hybrid dan ListrikJika baterai 100 kWh digunakan untuk satu mobil listrik, emisinya masih tinggi. Foto: Istimewa

Sementara, jika baterai 100 kWh tersebut digunakan untuk mobil hybrid yang satu paketnya cuma butuh 1,1 kWh, maka baterai tersebut bisa digunakan oleh 90 mobil hybrid. Penurunan emisnya jauh lebih besar, menjadi 205 g/km.

Ilustrasi Emisi Kendaraan Hybrid dan ListrikJika baterai 100 kWh digunakan untuk mobil hybrid, emisinya jadi lebih rendah. Foto: Istimewa

Ini sejalan dengan poin pembicaraan Toyota sebelumnya, yang telah menekankan penggabungan hybrid, serta powertrain sel bahan bakar dan bahkan mesin pembakaran hidrogen, ke dalam solusi pengurangan emisi secara keseluruhan daripada hanya mengandalkan kendaraan listrik berbasis baterai.

Pabrik baterai memang dapat dibangun dalam dua atau tiga tahun. Tapi menurut Pratt, membangun tambang lithium baru dapat memakan waktu lebih dari 15 tahun.

"Taruhan krisis iklim terlalu besar untuk salah dengan berfokus pada kemungkinan yang terlalu sedikit." katanya.

Namun, anggapan ini bukan berarti Toyota mengesampingkan kendaraan listrik berbasis baterai. Sebab, Toyota juga telah menyiapkan beragam mobil listrik berbasis baterai. Menurutnya, Toyota berinvestasi dalam elektrifikasi kendaraan dengan solusi beragam yang akan mengurangi lebih banyak emisi karbon lebih cepat.



Simak Video "RI Subsidi Rp 80 Juta untuk Mobil Listrik, Bagaimana Negara Lain?"
[Gambas:Video 20detik]
(rgr/din)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT