Cas Mobil-Motor Listrik Jangan Tunggu Baterai 'Sekarat', Ini Bahayanya

ADVERTISEMENT

Cas Mobil-Motor Listrik Jangan Tunggu Baterai 'Sekarat', Ini Bahayanya

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Minggu, 29 Jan 2023 17:08 WIB
Hyundai Ioniq 5 Jadi Powerbank di KTT G20 Bali
Cas mobil atau motor listrik jangan tunggu baterai sekarat. Foto: Dok. Hyundai
Jakarta -

Sejak satu hingga dua tahun terakhir, peminat mobil-motor listrik mulai tumbuh di Indonesia. Namun, sayangnya, pengetahuan konsumen terhadap kendaraan nonemisi tersebut masih tergolong kurang. Salah satunya berkaitan dengan manajemen pengecasan.

Diketahui, mobil dan motor listrik memiliki baterai yang keawetannya harus terus dijaga. Bahkan, kendaraan tersebut harus segera dicas saat dayanya telah tersisa 20 persen.

Pengamat otomotif sekaligus pakar di bidang kelistrikan Institut Teknologi Bandung (ITB) Agus Purwadi mengingatkan, saat seseorang memutuskan membeli kendaraan listrik, maka ada habit atau kebiasaan yang harus diubah. Salah satunya yakni mengisi baterai sebelum dayanya benar-benar habis.

"Minimal daya baterai kendaraan listrik disisain 10-20 persen, jangan sampai habis. Malahan, makin tinggi makin baik," ujar Agus Purwadi saat ditemui di bilangan Jakarta Selatan, belum lama ini.

Proses perakitan motor listrik ChargedBaterai motor listrik Foto: dok. Charged Indonesia

Kebiasaan mengecas kendaraan listrik saat dayanya sudah sekarat bisa menurunkan kesehatan baterai. Imbasnya akan mengganggu fungsi mobil-motor listrik sebagai kendaraan harian.

"Baterai kendaraan listrik sebenarnya mirip kayak HP, semua baterai karakternya kurang lebih sama, yakni punya state of charge minimum. Jadi, meskipun tertera nol persen, itu enggak benar-benar habis," terangnya.

Menurut Agus, kendaraan listrik sekarang telah dilengkapi teknologi BMS atau battery management system. Sehingga, saat dayanya lemah, akan ada peringatan untuk segera dicas.

"Kalau Baterai Management System (BMS)-nya baik, baterai bakal diproteksi, nggak bisa terlalu habis. Jadi ada peringatan setiap kali baterai sudah lemah. Bahkan, di-cut," ungkapnya.

Bahaya Keseringan Pakai Fast Charging

Mercedes-Benz EQS di Indonesia.Mobil listrik dicas. Foto: Ari Saputra / detik.com

Lebih jauh, di kesempatan yang sama, Agus juga mengingatkan bahaya terlalu sering menggunakan teknologi fast charging. Menurut dia, teknologi itu hanya boleh digunakan satu-dua kali saja saat sedang terburu-buru. Namun, jika punya waktu senggang, pemilik disarankan mengisi daya secara normal.

"Jadi baterai pada prinsipnya kan punya AH ya, ampere hours. Biasanya paling cepat itu (hitungan) normalnya kan hour atau jam. Nah kalau fast charging itu di bawah hour kan, menitan," jelasnya.

"Jadi berarti charging-nya 2 kali kapasitas, istilahnya dipaksa, otomatis termal naik. Nah, kalau termal naik, keawetannya turun," kata Agus menambahkan.



Simak Video "5 Merek Motor-Mobil Listrik yang Dapat Subsidi"
[Gambas:Video 20detik]
(sfn/rgr)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT