Mobil Listrik Jangan Keseringan Dicas Pakai Fast Charging, Ini Bahayanya

ADVERTISEMENT

Mobil Listrik Jangan Keseringan Dicas Pakai Fast Charging, Ini Bahayanya

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Jumat, 27 Jan 2023 14:39 WIB
Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Shell Recharge hadir di Mal Pacific Place Jakarta. Hadirnya SPKLU ini merespons bertambahnya pengguna mobil listrik.
Bahaya terlalu sering cas mobil listrik pakai teknologi fast charging. Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

Sebagian pihak berpendapat, mobil listrik kurang cocok digunakan orang-orang yang terbiasa buru-buru. Sebab, mengisi daya baterai diperlukan waktu tunggu, alias tak bisa langsung terisi penuh. Itulah mengapa, teknologi fast charging dianggap menjadi solusi.

Dengan teknologi fast charging, pengisian daya yang umumnya memerlukan waktu 6-8 jam, bisa dipersingkat menjadi hanya 45 menit. Meski masih tergolong lama dibandingkan isi bensin di SPBU, namun setidaknya itu sudah lebih cepat dan memungkinkan ditunggu.

Kendati dianggap menjadi solusi lamanya pengisian daya, penggunaan teknologi fast charging terlalu sering ternyata tak disarankan. Sebab, kebiasaan tersebut bisa memperpendek usia baterai.

Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Shell Recharge hadir di Mal Pacific Place Jakarta. Hadirnya SPKLU ini merespons bertambahnya pengguna mobil listrik.Bahaya terlalu sering cas mobil listrik pakai teknologi fast charging. Foto: Andhika Prasetia

Pengamat otomotif dan pakar di bidang kelistrikan Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi mengatakan, teknologi fast charging hanya boleh digunakan satu-dua kali saja saat tengah terburu-buru. Namun, jika punya waktu senggang, pemilik disarankan mengisi daya secara normal.

"Baterai pada prinsipnya kan punya AH ya, ampere hours. Biasanya paling cepat itu (hitungan) normalnya kan hour atau jam. Nah kalau fast charging itu di bawah hour kan, menitan," ujar Agus Purwadi saat ditemui di bilangan Jakarta Selatan (Jaksel), belum lama ini.

"Jadi berarti charging-nya 2 kali kapasitas, istilahnya dipaksa, otomatis termal naik. Nah kalau termal naik, keawetannya turun," tambahnya.

Agus mengingatkan, terlalu sering menggunakan teknologi fast charging bisa menurunkan kemampuan baterai. Menurutnya, itu bisa mengganggu fungsi mobil listrik sebagai kendaraan harian.

"Fast charging itu memperpendek umur baterai. Itu sangat-sangat berpengaruh. Masalahnya, pengguna (kendaraan listrik) kan maunya cepat," ungkapnya.

PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia atau MBDI telah mengenalkan mobil listrik Mercedes-Benz EQS dan EQE di Tanah Air. Yuk kita lihat interiornya.ilustrasi cas mobil listrik. Foto: Ari Saputra

Lebih jauh, Agus menjelaskan, ada baterai jenis tertentu yang aman ketika sering dicas pakai teknologi fast charging. Namun, jenis baterai tersebut tak cocok untuk mobil-mobil listrik bertenaga besar.

"Nah..., lithium ferro-phosphate (LFP) itu termalnya baik, lebih tinggi, jadi relatif aman kalau mau dicas cepat. Itu masih aman. Kendaraan-kendaraan yang enggak butuh performa, cocok pakai baterai LFP. Tapi kalau perlu performa, mobil listrik butuh NMC (Nickel Manganese Cobalt) atau NCA (Nickel Cobalt Aluminum)," kata Agus.



Simak Video "Xiaomi Bakal Luncurkan Fast Charging 210W! "
[Gambas:Video 20detik]
(sfn/rgr)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT