Orang Indonesia Masih Trauma Beli Mobil China?

Orang Indonesia Masih Trauma Beli Mobil China?

Dina Rayanti - detikOto
Jumat, 21 Okt 2022 21:10 WIB
Chery tidak lama lagi bakal menjual SUV medium Tiggo 8 Pro. Tim detikOto berkesempatan menjajal mobil bermesin buas ini.
Mobil China Chery. (Foto: A.Prasetia/detikcom)
Jakarta -

Meski perlahan-lahan hilang, masih ada stigma negatif tentang barang-barang produksi China di Indonesia, termasuk produk otomotif seperti mobil. Padahal mobil-mobil China kini sudah jauh lebih baik, bahkan mampu menguasai segmen-segmen pasar tentu di dunia. Masak, sih, masih trauma beli mobil China?

Mobil China seakan masih sulit keluar dari masa lalu yang buruk. Setiap ada mobil merek mobil China yang mau menjajal peruntungannya di pasar otomotif Tanah Air tak terhindarkan dari komentar miring. Alhasil, para pabrikan China harus bekerja ekstra keras supaya bisa meraih kepercayaan masyarakat di dalam negeri.

Untuk meyakinkan masyarakat Tanah Air pabrikan China ini menyematkan fitur-fitur canggih yang sebelumnya absen di mobil Jepang. Jurus pemikat lainnya adalah memberikan banderol harga lebih terjangkau ketimbang mobil Jepang kebanyakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bisa diperhatikan mobil-mobil yang disajikan Wuling maupun DFSK teknologinya lebih lengkap. Di saat mobil Jepang menyematkan fitur berbasis sensor pada mobil Rp 500 jutaan ke atas, mobil China justru bisa menghadirkannya dengan harga Rp 300 jutaan,

Jusuf Hamka serah terima Wuling Air evWuling membuat gebrakan dengan menghadirkan mobil listrik dengan harga terjangkau. Foto: (Christina Hartati Phan/Wuling Motors)

"Wuling ini start bukan dari zero, dari minus. Masa lalu orang kalau dengar mobil China jelek banget lah," ungkap Pengamat Otomotif Bebin Djuana.

ADVERTISEMENT

Bebin lanjut menjelaskan, meski dihantui ragam komentar negatif nyatanya pabrikan China tak gentar dan justru ingin membuktikan bahwa mobilnya bisa diandalkan. Wuling merupakan salah satu contohnya. Seperti disebutkan Bebin, Wuling harus memulai kiprahnya di Indonesia dari minus karena harus mengembalikan kepercayaan masyarakat.

Perlahan tapi pasti, Wuling bahkan bisa menyalip pabrikan Jepang Nissan yang sudah lebih dulu eksis selama puluhan tahun. Terlebih usai Nissan memutuskan untuk menghentikan produksi mobil di Indonesia. Wuling kata Bebin, menjanjikan ketersediaan spare part sehingga konsumen tidak perlu menunggu lama. Dengan begitu, konsumen tidak akan kerepotan bilamana terjadi kerusakan pada mobilnya.

"Saya kaget mereka bisa masuk ke 10 besar dalam waktu besar dalam waktu 5-7 tahun. Ada merek Jepang yang sudah puluhan tahun not even di 10 besar 'lu masuk gila nih'. Artinya apa? Artinya ketika konsumen Indonesia tidak hanya diberikan janji," jelas Bebin.

"Tapi benar bahwa mereka mengatakan dalam dua hari spare part enggak ada saya kasih gratis. Saya belum pernah dengar nada miring soal spare part kok bisa? Kalau pabriknya ada di sini kenapa enggak bisa. Kata kuncinya, 'ada enggak pabrik lu di sini'," lanjut Bebin.

Kini Wuling tinggal membuktikan soal ketahanan produknya di Indonesia. Ini akan menjadi nilai tambah bagi pabrikan berlogo lima berlian tersebut. Di sisi lain, pabrikan China yang siap menghadapi tantangan baru dalam waktu dekat adalah Chery.

CheryChery siap menghadapi kerasnya persaingan di pasar otomotif Indonesia. Foto: PT Chery Sales Indonesia

Chery bakal meluncurkan dua produk anyarnya dalam waktu dekat. Kata Bebin, masalah yang dihadapi Chery ini berbeda saat Wuling memulai kiprahnya di dalam negeri. Belum lagi, konsumen yang disasar Chery berasal dari kalangan premium. Sederhananya, apa mau masyarakat di segmen premium meminang mobil China sekelas Chery? Umumnya mereka yang merada di segmen premium, juga menginginkan mobil premium dari Benua Biru.

"Kalau Chery saya lihat tantangannya beda kalah tadi harus mengobati luka lama. Kalau ini lain, kok masuk di ceruk yang susah ceruknya kecil not volume maker," tutur Bebin.

Untuk itu, Bebin mengungkap supaya bisa mengulang kesuksesan Wuling setidaknya Chery harus membangun pabrik guna menjamin ketersediaan spare part. Chery sendiri memang berencana membangun pabrik di Indonesia dan nantinya diperuntukkan sebagai basis ekspor ke negara-negara ASEAN.

Chery juga tidak datang dengan tangan hampa. Chery mengandalkan teknologi berbasis Eropa di dalam mobilnya. Fitur yang disajikan juga tak kalah, bahkan beberapa di antaranya masih absen di mobil Jepang dengan banderol harga lebih tinggi.

"Beli kendaraan kan bukan beli sendal jepit, buat masyarakat kita its investment. Ketika pabrik dia ada, masyarakat punya confidence karena yang dijual barang premium," pungkas Bebin.




(dry/din)

Hide Ads