Bukan Cuma Harga, Biaya Kepemilikan Mobil Listrik Dinilai Juga Mahal

Bukan Cuma Harga, Biaya Kepemilikan Mobil Listrik Dinilai Juga Mahal

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Kamis, 04 Agu 2022 09:53 WIB
Ilustrasi colokan mobil listrik
Foto: Total biaya kepemilikan kendaraan listrik masih tinggi (Getty Images/iStockphoto/FooTToo)
Jakarta -

Harga mobil listrik saat ini dinilai masih mahal. Rata-rata mobil listrik di Indonesia dijual dengan harga di atas Rp 500 juta. Bahkan ada yang lebih dari Rp 1 miliar.

Memang, Wuling baru saja meluncurkan mobil listrik murah seharga Rp 250-300 juta. Namun, mobil listrik lainnya yang punya bentuk lebih besar harganya jauh lebih mahal.

Berdasarkan data yang dipaparkan Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin, tak cuma harga mobil listrk yang masih mahal. Biaya kepemilikan atau total cost ownership (TCO) mobil listrik juga masih tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria yang akrab disapa Puput itu membandingkan empat teknologi kendaraan, yakni mobil bensin, diesel, hybrid dan mobil listrik.

Dari data itu, harga mobil listrik terbilang paling tinggi. Meski biaya operasionalnya jauh lebih murah, mobil listrik dinilai relatif lebih mahal daripada teknologi mobil bensin, diesel, dan hybrid.

ADVERTISEMENT
Total Biaya Kepemilikan Mobil Listrik Masih MahalTotal Biaya Kepemilikan Mobil Listrik Masih Mahal Foto: Dok. KPBB

"Mobil penumpang untuk bensin Rp 2.941 per kilometer untuk total cost. Kemudian diesel Rp 2.852, lebih murah, memang diesel lebih efisien. Kemudian hybrid Rp 4.445/km. Kemudian BEV (battery electric vehicle/mobil listrik berbasis baterai) Rp 5.301 per km. Lebih mahal," ucap Puput dalam diskusi yang diadakan KPBB.

Dalam kesempatan yang sama, berdasarkan data yang dipaparkan Ahmad Ali Rifan, Analis Kebijakan Ahli Madya Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, penjualan kendaraan listrik di Indonesia masih relatif kecil. Mobil listrik hanya memiliki pangsa pasar 0,4%. Tahun 2021 lalu, penjualan mobil listrik mencapai 3.193 unit, naik 3 kali lipat tapi masih kecil dibandingkan kendaraan konvensional.

"Dibutuhkan pertumbuhan sekitar 80% antara 2022-2030 untuk mencapai target pemerintah 600 ribu unit pada 2030," ujar Ali.

Dia menyebut, dibandingkan pasar internasional, kendaraan listrik di Indonesia masih perlu dorongan yang lebih kuat. Salah satunya pemberian insentif fiskal maupun non-fiskal.

Menurut Ali, masih ada beberapa hambatan kendaraan listrik di Indonesia. Pertama soal harganya yang relatif mahal untuk saat ini.

"Harga mobil listrik tidak terjangkau 95% kelompok pembeli kendaraan bermotor. Tingginya harga mobil listrik membatasi pangsa pasar 5% konsumen kedaraan bermotor di Indonesia," papar Ali.




(rgr/din)

Hide Ads