PT Blue Bird sudah memasuki tahun ketiga menggunakan armada mobil listrik. Saat ini sudah 60 unit mobil listrik berseliweran melayani penumpang, yang menarik tentu saja mengetahui bagaimana perawatannya.
Bintarti A Yulianto, selaku VP Teknik Blue Bird, menjelaskan salah satu fasilitas yang sudah dipersiapkan menangani seluruh kendaraan listriknya ialah menyediakan teknisi khusus.
"Kita adakan training, jadi kita pilih mekanik-mekanik tertentu yang kompetensinya bagus untuk kita lakukan training. Mereka (pabrikan) mengirimkan expert-nya ke sini untuk melakukan training di sini," ujar Bintarti saat ditemui di kantor Blue Bird, Jakarta Selatan, Rabu (13/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak 2019, Blue Bird sudah menggunakan armada model BYD e6 dan Tesla X 75D. Bintarti mengatakan perawatan nyaris tidak ada untuk mobil listrik tersebut. Ya, komponen mobil listrik lebih sedikit dari mobil internal combustion engine (ICE).
"Pasti berbeda ya (dari internal combustion engine), relatif juga masih agak baru, relatif maintenance free. Sekarang yang dilakukan perawatan adalah end tire, misalnya yang habis pakai, brake pad, ban, kaki-kaki," jelas dia.
Wanita lulusan Teknologi Nuklir dari Universitas Gadjah Mada ini bertanggung jawab memastikan kondisi seluruh kegiatan operasional Blue Bird, termasuk mobil listrik. Menariknya, Blue Bird memiliki bengkel mandiri EV. Jadi fasilitas itu dianggap setara dengan kemampuan bengkel yang dimiliki dealer.
Baca juga: Tesla Keok, Ini Raja Mobil Listrik Dunia! |
"Kita juga termasuk bengkel mandiri untuk electric vehicles,"ungkapnya.
.
"Blue Bird melakukan servis per 7.500 kilometer dan kelipatannya. Meskipun sistem tidak sama dengan dealer ATPM, kita tetap mendapatkan warranty. Karena kita sudah dianggap mampu atau setara dealer," ujarnya.
Bintarti mengatakan perawatan mobil listrik cenderung lebih murah. Sebab, mobil listrik tidak memiliki banyak komponen yang diperlukan untuk diganti secara berkala. Pihaknya menghitung-hitung, bisa hemat 30 persen, termasuk dengan penggunaan daya listrik.
"Kalau kita proyeksikan, itu akan menghemat 30 persen lebih hemat dibandingkan dengan combustion engine. Ini termasuk dengan pemakaian listrik, itu sudah kita hitung," ungkap dia.
Meski sudah tiga tahun, Bintarti mengatakan salah satu kendala ialah spare part. Sebab, BYD dan Tesla belum memiliki agen tunggal pemegang merek di Tanah Air.
"Memang kendalanya pada saat misalnya kecelakaan lampu pecah, ini semuanya masih impor. Jadi pasti ada waktu tunggu," kata dia.
"BYD itu mereka sudah punya cabang Singapura, kalau tidak ada, Hong Kong sudah ada. Kalau BYD lebih siap, kalau Tesla karena jumlahnya sedikit, itu butuh waktu yang cukup lama," ungkapnya.
Untuk servis rutin di bengkel, Blue Bird juga sudah memiliki sistem Internet of Thing (IoT). Jadi, sistem ini bisa memantau kondisi komponen armada dari seluruh pool di Indonesia secara real time. Hal yang bisa diketahui, antara lain indikator tarif, GPS dan sistem navigasi, sistem koordinasi, data operasi (jarak tempuh, kecepatan, dan penghasilan pengemudi). Pengemudi juga akan diberi informasi terkait komponen yang butuh perhatian khusus melalui layar di masing-masing armada, seperti baterai dan temperatur.
"Pengemudi bisa menambahkan keluhan ke daftar list mobil yang akan diservis, sehingga saat mobilnya masuk ke bengkel bisa mempermudah mekanik untuk melakukan analisis memperbaiki keluhan-keluhan tersebut," ungkap Bintarti.
Simak Video 'Tak Cuma Sedan, Blue Bird Juga Punya Lini MPV Listrik dari BYD':
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP