Imbas Perang, Rusia Terpaksa Bikin Mobil Seadanya: Tanpa AC, Minus Airbag

Imbas Perang, Rusia Terpaksa Bikin Mobil Seadanya: Tanpa AC, Minus Airbag

Ilham Satria Fikriansyah - detikOto
Rabu, 15 Jun 2022 18:08 WIB
Mobil Lada C
Mobil Rusia Lada (Foto: Lada)
Jakarta -

Rusia harus membayar invasi atas Ukraina dengan jatuhnya sanksi ekonomi dari banyak negara. Diembargo banyak pihak, Rusia kesulitan material untuk bikin mobil.

Dilansir Carscoops, pabrikan otomotif asal Rusia, Lada, baru-baru ini meluncurkan generasi mobil terbaru yakni Lada Granta. Mobil dengan empat pintu ini dirakit menggunakan suku cadang lokal dan seadanya, alhasil harganya pun juga murah. Cuma 761.000 rubel, itu setara dengan Rp 192 jutaan.

Lada melepas mobilnya dengan banderol sangat rendah karena banyak fitur yang dikurangi, termasuk yang punya peran penting dan (seharusnya) tak tergantikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bayangkan saja, Lada Granta dijual tanpa mengusung fitur keselamatan seperti ABS, electronic stability control, hingga airbag di sisi samping penumpang. Bahkan, mobil ini juga tidak dilengkapi AC. Duh!

Pada bagian dapur pacunya, Lada Granta ditenagai oleh mesin empat silinder berkapasitas 1.6 liter yang mampu menghasilkan tenaga 91 dk. Namun, mobil tersebut tidak memenuhi standar emisi kendaraan di Eropa saat ini, sebab mesin yang digunakan Lada Granta hanya mampu memenuhi syarat emisi di tahun 1996.

ADVERTISEMENT

David Ward selaku Presiden Eksekutif Global New Car Assessment Programme mengatakan, hal yang terjadi di Rusia sungguh ironis dan merupakan langkah mundur bagi suatu negara. Padahal, Rusia masuk dalam Forum Dunia PBB untuk Regulasi Kendaraan dan sempat menjadi tuan rumah konferensi pertama dalam hal keselamatan jalan di tahun 2009.

"Bagaimana mereka bisa mengklaim sebagai yang terdepan dalam hal keselamatan jalan raya secara global," kata Ward dikutip NBC.

Lada sempat menghentikan produksi mobil di pabrik pada Maret lalu sebab tidak ada pasokan suku cadang untuk merakit mobil. Namun, setelah pemerintah Rusia memutuskan untuk memangkas peraturan keselamatan dalam mobil, pabrik akhirnya kembali beroperasi.

Tidak hanya pabrikan otomotif saja yang mengalami kesulitan, masyarakat Rusia juga mengaku semakin sulit untuk mendapatkan suku cadang mobil. Alhasil, untuk memperbaiki mobil di bengkel butuh biaya yang lebih besar, bahkan prosesnya bisa memakan waktu selama beberapa bulan.




(din/din)

Hide Ads