Sejumlah produsen otomotif saat ini masih dihantam krisis chip semikonduktor. Walau sempat diprediksi akan berangsur normal pada tahun ini, sayangnya kurangnya chip semikonduktor diyakini masih akan terus berlanjut dan belum bisa diatasi dalam waktu dekat.
Dilansir Reuters, CEO BMW Oliver Zipse mengatakan jika krisis chip semikonduktor kemungkinan akan tetap menjadi masalah utama bagi industri otomotif. Dirinya memprediksi jika kurangnya chip semikonduktor akan menghantam pabrikan secara global hingga tahun 2023.
"Kami masih berada di puncak kekurangan chip," kata Oliver Zipse dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Neue Zuercher Zeitung (NZZ).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: BMW Seri 3 Bakal Ditenagai Listrik |
Sebelumnya, dalam konferensi pers tahunan BMW yang digelar Maret lalu, pabrikan asal Jerman itu memprediksi bahwa krisis chip semikonduktor belum dapat selesai dalam waktu dekat. BMW memprediksi jika kurangnya komponen dalam mobil tersebut akan terus berlangsung sepanjang tahun 2022.
Senada dengan Oliver Zipse, CFO Volkswagen Arno Antlitz juga mengatakan hal yang sama soal krisis chip semikonduktor. Pihak VW memperkirakan bahwa pasokan chip tidak akan cukup untuk memenuhi permintaan produksi mobil hingga 2024 mendatang.
"Kekurangan pasokan struktural kemungkinan baru akan teratasi pada tahun 2024," ujar Arno Antlitz.
Masalah krisis komponen chip semikonduktor memang telah menghantam produsen otomotif secara global. Sempat diprediksi akan menurun seiring kasus COVID-19 yang mulai reda, namun nyatanya krisis ini diyakini bakal berlangsung sepanjang 2022.
![]() |
Hal ini juga berdampak pada penjualan kendaraan di Tanah Air, salah satunya dialami oleh PT Honda Prospect Motor (HPM). Akibat kelangkaan chip semikonduktor, saat ini Honda hanya memproduksi satu tipe Mobilio dan lebih memprioritaskan Brio.
Selain itu, produksi model baru seperti All New HR-V juga ikut terhambat. Belum lagi permintaan terhadap model tersebut tengah meningkat setelah diluncurkan beberapa waktu lalu.
Selain disebabkan pandemi COVID-19, krisis chip ini juga disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina. Hal ini dapat semakin membebani pasokan chip di tengah kekurangan yang menyebabkan gangguan produksi global bagi perusahaan teknologi dan pembuat mobil selama lebih dari setahun.
Sebab, Rusia dan Ukraina adalah sumber penting gas neon dan paladium yang digunakan untuk memproduksi chip semikonduktor. Menurut perusahaan riset pasar yang berbasis di California, Techcet, pasokan neon yang digunakan untuk proses litografi untuk produksi chip banyak berasal dari Ukraina dan Rusia.
Selain itu, Rusia juga merupakan pemasok paladium utama, selain Afrika Selatan. Menurut Techcet, Rusia memasok sekitar 33% dari permintaan paladium secara global. Untuk industri otomotif, paladium juga merupakan logam utama yang digunakan untuk catalytic converter.
Perusahaan riset AutoForecast Solutions mengatakan, hingga saat ini angka produksi mobil secara global telah dipangkas hingga 1,34 juta unit karena masalah krisis chip semikonduktor. Angka tersebut diyakini masih bisa naik seiring krisis chip yang belum bisa teratasi dan menyebabkan produksi mobil terus dipangkas.
(lth/rgr)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?