Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi tengah menyiapkan rencana besar untuk meramaikan industri kendaraan ramah lingkungan. Kolaborasi tiga merek mobil Prancis dan Jepang tersebut berencana membuat 35 mobil listrik dalam beberapa tahun ke depan.
Dikutip dari situs Cartoq, aliansi tersebut akan menginvestasikan dana sebesar USD 26 miliar atau setara Rp 374 triliun dalam lima tahun ke depan. Dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan lima platform bersama, yaitu CMF-AEV, KEI-EV, LCV-EV, CMF-EV, dan CMF-BEV.
Sebagian besar (90%) model mobil listrik hasil kerja sama ini akan didasarkan pada lima platform EV, termasuk CMF-AEV yang disebut sebagai "platform paling terjangkau di dunia" dan saat ini digunakan untuk Dacia Spring Electric.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ada juga platform KEI-EV untuk EV ultra-kompak, yang sudah dikerjakan oleh Nissan dan Mitsubishi, yang sebelumnya telah tampil dengan Konsep IMk di Tokyo Motor Show (TMS) 2019.
Platform EV lainnya yang ada termasuk CMF-EV, yang sebelumnya digunakan pada Nissan Ariya dan Renault Megane E-Tech Electric. Aliansi dengan cepat menunjukkan bahwa pada tahun 2030, lebih dari 15 model akan didasarkan pada platform CMF-EV, dengan hingga 1,5 juta mobil diproduksi pada platform ini per tahun. Kemudian, EV komersial seperti Renault Kangoo dan Nissan Townstar akan diproduksi sebagai bagian dari keluarga LCV-EV.
Bergabung dengan empat platform EV ini pada tahun 2024 adalah CMF-BEV baru untuk mobil SUV kompak. Arsitektur mobil SUV kompak ini dikatakan bisa menjangkau jarak tempuh hingga 400 km dan akan mengurangi biaya sebesar 33% dan konsumsi daya lebih dari 10% dibanding model Renault Zoe.
Di bawah kesepakatan 'Common Roadmap Alliance 2030', aliansi ini akan membuat harga kendaraan listrik jadi lebih terjangkau, dan memungkinkan ada penurunan biaya baterai sebesar 50% pada 2026 dan penurunan biaya baterai sebesar 65% pada 2028.
Aliansi ini juga berencana memiliki 220 GWh kapasitas produksi baterai untuk EV di lokasi produksi utama di seluruh dunia pada 2030. Dan di sisi lain juga akan mendorong pengembangan teknologi baterai all-solid-state (ASSB).
Teknologi itu akan membantu secara signifikan mengurangi waktu pengisian baterai hingga sepertiga, yang artinya bakal membuat konsumen melakukan perjalanan lebih lama dengan lebih mudah, percaya diri, dan juga menyenangkan.
Pengembangan teknologi baterai ini sebagian besar akan dipimpin Nissan, sementara tanggung jawab pengurangan biaya akan diberikan kepada pembuat mobil asal Prancis, Renault.
(lua/din)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?