Studi Mobil Baru Bebas PPnBM: Mayoritas Konsumen RI Sumringah

Studi Mobil Baru Bebas PPnBM: Mayoritas Konsumen RI Sumringah

Ridwan Arifin - detikOto
Minggu, 21 Feb 2021 18:42 WIB
Pemerintah RI melalui Kementerian Perindustrian baru saja merilis PPnBM. Salah satu poin pentingnya yakni mengekspor kendaraan ke Australia.
Ilustrasi mobil baru Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Adanya penghapusan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil baru, menjadi kabar menarik yang ramai dibahas di media sosial. Tapi, warganet banyak yang setuju atau tidak?

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Continuum Data Indonesia menemukan jika insentif PPnBM ini mendapat respon positif konsumen. Hasil ini didapat dari pengamatan topik pembicaraan di media sosial, Twitter.

Dijelaskan Ahli Big Data Continuum Data Indonesia, Omar Abdillah profil data yang dikumpulkan terangkum 3.000 Pembicaraan, selama periode 28 Desember 2020 - 17 Februari 2021.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang pembicaraan pajak bebas mobil baru ini sudah mulai Desember, ketika wacana pajak mobil baru ini mulai muncul, di situ kita bisa melihat ada peningkatan pembicaraan di Desember," kata Omar saat Diskusi Online INDEF dengan tema Apa Kata Konsumen Tentang Gratis Pajak Mobil Baru?, Minggu (21/2/2021).

Continuum melakukan filterisasi cuitan, tidak menggunakan pembicaraan yang berasal dari buzzer dan media massa. Temuan pertama, 85 persen pembicaraan ini berasal dari kota besar dari Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Solo, dan Semarang.

ADVERTISEMENT

"Ini sangat pas kebijakan tentang mobil, dan kota-kota besar itu menyumbang kontribusi penjualan dari mobil itu sendiri," sambungnya.

Dari pembicaraan tersebut, sebanyak 72 persen menyambut positif yang ada di dalam data tersebut.

"Terjadi peningkatan pencarian tentang harga mobil di Google, jadi ketika ada kebijakan, di media sosial diperbincangkan, dan juga mesin pencarian google juga terjadi peningkatan, memang ada dampak dari perilaku konsumen kita terhadap kebijakan tersebut, dari sambutan positif, dan juga pencarian harga mobil," jelas Omar.

Beberapa alasan mendukung insentif tersebut ialah 63 persen itu menyambut baik, dalam artian harga mobil baru jadi lebih murah, 33 persen bisa mendongkrak industri otomotif dan lapangan pekerjaan, dan 4 persen setuju, karena ini insentif kelas menengah. Mereka yang setuju terdeteksi tinggal di kota-kota besar.

"Untuk alasan yang kontra mereka punya alasan sendiri," tutur Omar.

61 persen berpendapat ini beresiko terhadap pendapatan pajak. "Dengan pajak gratis, pastinya pendapatan pajak akan turun dari pajak mobil barunya," jelas Omar.

Alasan lain menolak PPnBM nol persen ialah 28 persen menambah macet dan kerusakan lingkungan, dan 11 persen kebijakan elitis dan diskriminatif.

"Karena memang untuk kelas menengah, di sini pajak dipandang bukan untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," tutur Omar.




(riar/lua)

Hide Ads