Mobil Buatan Lokal Diharap Dapat Keringanan Pajak, Nggak Selamanya Kok

Mobil Buatan Lokal Diharap Dapat Keringanan Pajak, Nggak Selamanya Kok

Tim detikcom - detikOto
Rabu, 21 Okt 2020 12:42 WIB
Suasana Booth Toyota di GIIAS 2017
Pajak mobil diusulkan diberi relaksasi untuk menstimulus industri otomotif. Foto: Dadan Kuswaraharja
Jakarta -

Wacana pajak mobil baru nol persen ditolak Menteri Keuangan Sri Mulyani. Namun, masih ada harapan soal relaksasi pajak mobil untuk mendongkrak industri otomotif yang tengah lesu.

Sejatinya, wacana pajak mobil baru nol persen yang diajukan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) muncul dengan tujuan untuk meningkatkan industri otomotif. Dengan relaksasi pajak itu, harga mobil bisa lebih murah sehingga akan tumbuh daya beli masyarakat. Jika industri otomotif meningkat, efek berantainya banyak. Sebanyak 1,5 juta tenaga kerja terlibat di dalam industri otomotif.

Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, mengatakan pajak mobil baru nol persen mungkin agak sulit dikabulkan. Namun, pihaknya berharap ada relaksasi yang lebih masuk akal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harapannya yaitu mobil-mobil yang menjadi tulang punggung industri otomotif Indonesia diberi relaksasi. Di antaranya adalah mobil 4x2 bermesin 1.500 cc ke bawah dan 4x2 bermesin 1.500 cc sampai 2.000 cc.

Mobil-mobil jenis itu merupakan segmen yang paling laris di Indonesia. Terlebih, mobil itu juga kebanyakan sudah dibuat di dalam negeri.

ADVERTISEMENT

"Ini marketnya relatif banyak. Harapannya kalau itu bisa dikabulkan, berapa pun relaksasinya, harapannya itu akan menjadi pendorong, supaya masyarakat melihat ini dan memanfaatkan momentum itu untuk belanja kendaraan bermotor," ucap Kukuh dalam wawancara bersama CNBC Indonesia TV, Selasa (20/10/2020).

Kukuh menegaskan, relaksasi pajak mobil baru yang diharapkan itu tidak selamanya, melainkan hanya sementara. Di Thailand dan Malaysia pun relaksasi serupa hanya berlaku sementara.

"Ini untuk jangka waktu tertentu saja, katakanlah apakah 3 bulan atau 6 bulan. Ini tergantung dari nanti modelling dari pemerintah seberapa yang bisa diberikan. Setidaknya ini bisa membantu supaya industrinya bergerak. Ada 1,5 juta orang yang bekerja di sana, kalau ini bisa kembali normal, tentunya mereka juga akan diberdayakan, dan mereka mampu membelanjakan dari hasil kerjanya, ini akan menjadi semacam bola salju yang langsung gelinding menggerakkan percepatan pemulihan ekonomi," sebut Kukuh.




(rgr/lth)

Hide Ads