Seiring mendekatnya era kendaraan ramah lingkungan, muncul persepsi bahwa bisnis aftersales berada di ujung tanduk. Mengingat mobil listrik tak butuh perawatan berkala, apakah bisnis perawatan mobil masih tetap hidup?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisnis aftersales masih akan bertahan, karena listrik full itu masih lama. Belum akan gulung tikar," ujarnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (18/11/2019).
"Sekarang masih 60 persen penjualan, 40 persen aftersales. Untuk Mitsubishi seperti itu, tapi untuk pemimpin pasar mungkin posisinya sudah terbalik banyakan aftersales," ungkap dia.
Setia mencontohkan negara dengan mobil listrik terbesar di dunia, China. Pun demikian dengan merek dagangnya. Berdasarkan data dari IHS Markit selama setahun terakhir, pendaftaran mobil listrik baru terbanyak di dunia ada di tangan produsen asal China, BYD. China memang menjadi pasar mobil listrik terbesar di dunia.
"Kita ambil contoh di China, di sana market mobil listrik paling besar, tapi tidak serta merta berpindah. Industri jaringan 3S tidak mungkin langsung pindah semua, padahal di sana baterainya sudah sedemikian maju," tutur Setia.
"Negara kita sudah memproduksi banyak sparepart dari berbagai merek, kalau tiba-tiba nggak butuh itu nggak mungkin juga," jelasnya.
Halaman 2 dari 2
Simak Video "Review Mitsubishi Destinator Ultimate: Enaknya Kelewatan Buat Harganya!"
[Gambas:Video 20detik]
(riar/rgr)
Komentar Terbanyak
Pajak Kendaraan Indonesia Salah Satu Tertinggi di Dunia, Masyarakat Dapat Apa?
Kesaksian Pemobil Lihat Ban Bocor Massal di Tol Cipularang
Gara-gara Mobil Listrik, 60 Persen SPBU Sampai Tutup