Jalan Tol Sudah Searah, Masih Banyak Pengemudi Mobil Lewat Bahu Jalan

Jalan Tol Sudah Searah, Masih Banyak Pengemudi Mobil Lewat Bahu Jalan

Luthfi Anshori - detikOto
Senin, 10 Jun 2019 14:18 WIB
Foto: Luthfi Anshori
Jakarta - Sistem one way atau jalur searah yang diterapkan di tol Trans Jawa semasa arus mudik dan arus balik 2019, cukup efektif mengurai kemacetan lalu lintas. Tapi meskipun ruas jalur searah sudah bertambah lebar, masih ada saja pengguna jalan yang tidak taat aturan.

Contohnya masih banyak pengguna mobil dan bus umum yang berkendara pada bahu jalan tol. Tak sekadar berkendara di bahu jalan, banyak juga dari mereka yang memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi supaya bisa menyalip kendaraan di depan mereka.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dijelaskan instruktur, Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu, pelanggaran lalu lintas seperti berkendara atau berhenti di bahu jalan, sudah hal umum dan termasuk problem keselamatan berlalu lintas di Indonesia. Jadi meskipun sistem one way diterapkan, tetap ada perilaku seperti itu.

Mobil bahu jalan saat one wayMobil bahu jalan saat one way Foto: Luthfi Anshori/detikOto


"Padahal sebesar dan seluas apapun fasilitas jalan tol yang disediakan, akan tetap terjadi kemacetan, bila mana banyak pengguna jalan yang tidak tertib berlalu lintas (dengan menggunakan bahu jalan tidak sesuai peruntukkan). Itu perlu dicatat," kata Jusri kepada detikcom, Senin (10/6/2019).

Jika mengacu pada pasal 41 ayat 2 Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2005, bahu jalan tol hanya boleh digunakan oleh pihak tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.



Bahu jalan hanya boleh digunakan untuk arus lalu lintas pada keadaan darurat, dan diperuntukkan bagi kendaraan yang berhenti darurat. Bahu jalan tidak boleh digunakan untuk menarik/menderek/mendorong kendaraan, serta untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau barang dan atau hewan, termasuk tidak boleh digunakan untuk mendahului kendaraan.

Menggunakan bahu jalan untuk berkendara atau menyalip kendaraan, punya risiko kecelakaan yang tinggi. Seperti menabrak kendaraan yang sedang berhenti dalam kondisi darurat di bahu jalan.

"Masyarakat pengguna jalan sebagian besar belum mengerti bahwa keselamatan merupakan kebutuhan. Mereka tidak tahu proses keselamatan hanya bisa dicapai ketika pengguna jalan disiplin dan tertib," terang Jusri. (lua/lth)

Hide Ads