Hal ini dapat tercermin dari minimnya jumlah fitur keselamatan seperti airbag dan belum optimalnya seatbelt atau sabuk pengaman bagi penumpang belakang. Padahal nyatanya, kursi belakang sering kali ditempati lebih banyak khususnya oleh pelanggan taksi online (Uber dan sebagainya).
Baca juga: Bahaya Meletakkan Kaki di Dashboard Mobil |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pabrikan telah melakukan banyak pekerjaan dalam meningkatkan perlindungan bagi pengemudi dan penumpang di kursi depan. Kami berharap evaluasi baru akan memacu kemajuan yang sama di kursi belakang," kata presiden IIHS, David Harkey sebagaimana dilansir Consumer Reports.
Menurut penelitian terbaru dari IIHS, penumpang di kursi belakang memiliki kemungkinan lebih besar terkena cedera dada yang pada akhirnya menyebabkan kematian. Cedera ini sering disebabkan oleh kekuatan berlebih yang diterapkan ke tubuh oleh sabuk pengaman selama kecelakaan.
Lebih jauh, kursi belakang juga tak memiliki airbag yang dapat melindungi penumpang dalam tabrakan frontal (hanya airbag tirai samping yang dirancang untuk mengurangi trauma akibat tabrakan samping). Sistem load-limiters dan pretensioners juga tidak ada sebagaimana penumpang di bagian depan.
Sebagai informasi, sistem pretensioner merupakan sensor yang memungkinkan menarik erat sabuk pengaman sehingga menjaga tubuh penumpang tetap terjaga di kursi. Maka, penumpang tadi tidak akan bersentuhan dengan bagian lain di mobil. Sedangkan Load-limiters akan mengeluarkan sedikit kelonggaran di sabuk saat terjadi kecelakaan sehingga gaya yang diberikan pada tubuh tidak menyebabkan cedera (tarikan sabuk pengaman tidak terlalu ketat namun tetap kencang).
Oleh sebab itu, terobosan seperti teknologi baru di sabuk pengaman bagi penumpang bagian belakang dinilai penting. Bagaimana menurut detikers?
(ruk/ddn)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?