Tenaga Nuklir Tak Ekonomis kalau Dijadikan Bahan Bakar Mobil

Tenaga Nuklir Tak Ekonomis kalau Dijadikan Bahan Bakar Mobil

Ridwan Arifin - detikOto
Senin, 18 Mar 2019 09:30 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Apa yang terlintas dibenak detikers bila mendengar kata nuklir? Tidak lain identik dengan yang digunakan untuk menghancurkan dua kota di Jepang, yaitu Hiroshima dan Nagasaki.

Namun tak melulu soal mengerikan, nuklir sempat dibawa ke ranah otomotif. Sekitar tahun 1950-an konsep mobil nuklir dari Ford, yaitu Nucleon merupakan kendaraan bertenaga nuklir yang paling terkenal, walau tidak pernah masuk jalur produksi.


Semakin berkembangnya teknologi, dapatkah nuklir menjadi konsep kendaraan masa depan?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti Senior Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan sangat memungkinkan hal ini terjadi di masa mendatang. Namun ia menggarisbawahi bahwa belum ada teknologi yang dapat menjamin radiasi nuklir bila disematkan dalam kendaraan.

"Yang jelas nuklir mengandung radioaktif seperti hantu, tidak bisa dilihat tapi bisa kita rasakan kalau radiasinya besar dan dampaknya luar biasa," ujar Djarot kepada detikcom saat berbincang di kantor BATAN, Tangerang, Banten.

"Hantu radiasi inilah yang ditakutkan masyarakat. Kalau tidak dikelola, tentu saja membahayakan," kata pria yang juga meneliti pengelolaan limbah radioaktif ini.

Pria 56 tahun yang pernah menjabat Kepala BATAN ini mengatakan bahwa selain menyimpan efisiensi dan efektivitas energi. mobil nuklir juga menyimpan bahaya yang super dahsyat, yaitu terjadi ledakan bila terjadi tabrakan atau kebocoran.

Sehingga bentuk reaktor nuklir seperti saat ini, dirasa masih jauh dari harapan untuk bisa memiliki kendaraan nuklir di masa depan.


"Karena butuh waktu yang panjang untuk menemukan suatu bahan di mana perisainya menjadi tipis dan kuat dan risiko saat tabrakan tidak menjadi bocor," tutur Djarot.

"Jadi reaktor nuklir bisa digunakan pada kendaraan tetapi butuh perisai yang sangat tebal sekali," kata Djarot.

"Pengamanannya sedemikian besar dan ketat sehingga tidak ekonomis untuk dijadikan kendaraan bermotor," kata Djarot. (riar/dry)

Hide Ads