Menurut Zulpata Zainal, salah seorang praktisi di industri ban, ban panas sebenarnya normal-normal saja. Soal ban pecah, pabrikan ban sudah menguji ketahanan ban sebelum dijual massal.
"Kita ngetes, ban itu meletus sekitar 6-7 hari digeber terus selama 24 jam non-stop. Pertanyaannya, siapa yang mau nyetir 6-7 hari non-stop 24 jam? Nggak ada, nggak kuat," kata Zulpata kepada detikOto melalui sambungan telepon, Minggu (17/2/2019).
Menurut Zulpata terdapat endurance test untuk menguji ketahanan ban tersebut. Ban itu dipasang di alat diputar terus-menerus 24 jam selama berhari-hari non-stop.
"Pecahnya itu baru berhari-harinya itu. Siapa yang mau nyetir selama berhari-hari non-stop biar sampai pecah bannya? Jadi kalau semua normal, kecil kemungkinan untuk pecah ban itu," kata Zulpata.
Ban bisa pecah kalau kondisi ban kendaraan tidak diperhatikan. Misalnya, ban sudah botak, tekanan angin tidak sesuai, atau kendaraan kelebihan muatan sehingga ban menanggung beban lebih, atau ban sudah tertusuk paku. Namun, kata Zulpata, kalau kondisi ban tersebut sesuai, kemungkinannya kecil ban kendaraan itu pecah.
"Itu ada namanya endurance test. Ban dites selama berhari-hari 24 jam non-stop. Yang satunya lagi highspeed, kita geber terus bannya. Kira-kira yang load index 95H (load index H berarti ban bisa digeber sampai 210 km/jam) selama sejam digeber tidak boleh turun kecepatan 210 km/jam, baru mungkin pecah. Jadi harus 210 km/jam terus-menerus selama satu jam. Kalau di jalan raya, nggak akan ada jalanannya untuk geber 210 km/jam selama itu. Nggak boleh juga geber sampai 210 km/jam di jalanan kan. Kalau menaati aturan paling 100 km/jam kan," kata Zulpata.
Untuk diketahui, setiap ban yang diproduksi pabrikan memiliki load index seperti yang disebut Zulpata. Load index merupakan spesifikasi sebuah ban yang biasanya tertera di dinding ban. Load index menggambarkan kemampuan ban menahan beban serta kemampuan ban melaju hingga kecepatan maksimal.
"Jadi kecil kemungkinan kalau kita periksa ban, kalau udah aus ya kita ganti, sering rotasi depan belakang, nggak ada batu atau paku, aman itu," ucap Zulpata.
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah