Indonesia Harus Dikenal karena Mobil Hemat BBM

Indonesia Harus Dikenal karena Mobil Hemat BBM

Ruly Kurniawan - detikOto
Rabu, 03 Okt 2018 12:30 WIB
SPBU Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ingin semua mobil yang diproduksi di Indonesia hemat bahan bakar dan energi. Salah satu upayanya adalah lewat harmonisasi PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah) untuk mobil sedan dan listrik yang sudah diusulkan Kemenperin ke Kementerian Keuangan.

Dalam skema terbaru tersebut dikatakan bahwa besaran pajak PPnBM bukan lagi berbasis atas tipe kendaraan, ukuran mesin, dan peranti penggerak melainkan emisi karbondioksida (CO2) dan volume silinder (ukuran mesin). Dengan terobosan tersebut diharapkan Indonesia terkenal dengan mobil-mobil hemat.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya wacana ini sudah cukup lama kita perbincangkan dan baru rampung sekarang. Kini kita bersama Kementerian Keuangan sudah pada frekuensi yang sama bahwa perlu adanya pembaharuan skema PPnBM," ujar Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (Ditjen ILMATE) Kemenperin Putu Juli Ardika kepada detikOto di Jakarta.

Putu juga menjelaskan bahwa CO2 akan menjadi indikator untuk menunjukkan bahwa kendaraan itu hemat energi atau tidak. "Persamaannya (antara emisi CO2 dan fuel consumption), itu identik dengan displacement (cc). Semakin besar cc-nya, powernya semakin besar sehingga juga butuh BBM lebih banyak. Itulah kategori mobil mewah (boros bahan bakar)," papar Putu.

"Sehingga nanti perhitungan pajaknya itu tergantung pada fuel efficiency. Semakin irit bahan bakarnya, maka pajak yang digunakan makin kecil (karena mobil hemat tidak digolongkan sebagai mobil kelas atas-Red). Nah ini juga orientasinya ke ekspor karena kalau kita produksi mobil hemat orang pasti akan beli, kok. Kita ingin arahnya ke sana, tapi ini belum clear," katanya lagi.

Dengan begitu, lanjut Putu, para produsen otomotif akan membuat mobil sehemat mungkin. Hal tersebut berbanding lurus akan teknologi yang digunakan.



"Oleh karena itu harmonisasi ini salah satu goal nya adalah industri 4.0 karena teknologinya bakal berkembang seiring produsen berlomba-lomba membuat mobil sedan yang hemat. Jadi nanti yang sekarang sedan 15 km/liter jadi 22 km/liter seperti LCGC. Siapa yang tidak mau beli, gitu kan," ucap Putu.

Program mobil ramah lingkungan dengan harga terjangkau terbilang cukup sukses. Terbukti dari perkembangan pasar LCGC yang cenderung naik menjadi 20 persenan dari total penjualan mobil di Indonesia.

"Kita punya blue print tentang mobil hemat bahan bakar dan energi mulai dari mobil berbensin (dengan skema baru), listrik, dan diesel lewat B20. Kita ingin Indonesia terkenal dengan mobil-mobil hematnya. Lagipula bahan bakar ke depan makin mahal," tutupnya. (ruk/ddn)

Hide Ads