Jawaban Toyota saat Hubungan Toyota Indonesia dengan Serikat Pekerja Dipertanyakan

Jawaban Toyota saat Hubungan Toyota Indonesia dengan Serikat Pekerja Dipertanyakan

Ruly Kurniawan - detikOto
Rabu, 02 Mei 2018 17:47 WIB
Jawaban Toyota saat Hubungan Toyota Indonesia dengan Serikat Pekerja Dipertanyakan
Jawaban Toyota saat Hubungan Toyota Indonesia dengan Serikat Pekerja Dipertanyakan Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Salah satu hal yang krusial bagi keberlangsungan industri adalah bagaimana menciptakan situasi yang baik antara pelaku industri dengan para suppliernya untuk mendukung proses produksi. Hal itulah yang juga disadari oleh Toyota Indonesia, yang membuat pabrikan otomotif asal Jepang ini coba menanamkan pemikiran tersebut.



Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Administrasi, Corporate & External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam ketika dihubungi detikOto. Katanya, bila industri telah memiliki hubungan yang sangat kuat kepada UKM selaku supplier tier 2 sampai 3, industri tersebut tentu sudah kokoh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Makin industrinya bisa dalam, makin mendekati UKM. Jadi industri itu kuat kalau dia connect dengan UKM-nya," kata Bob ketika dihubungi detikOto di Jakarta, Rabu (2/5/2018).



"Maka, sejauh ini hubungan kita dengan serikat pekerja sangat baik, karena kan juga ini sudah puluhan tahun bersama. Sudah paham satu sama lain," lanjutnya.

Bob juga memaparkan bahwa tiap supplier Toyota (tier 1) sudah memiliki standar yang sesuai dengannya. Mulai dari quality product, cost, delivery, complience, serta hal kompleks lainnya. "Dari Toyota juga sudah ada kualifikasi sendiri agar mereka sustain, misalkan menjaga complience-nya, mendidik SDM mereka seperti diberikan sertifikat, dan lain hal lainnya," ucapnya.

Dikesempatan yang sama, Bob juga memaparkan bahwa kejadian di Hari Buruh Nasional yang berlangsung kemarin, Selasa (1/5/2018) yang melibatkan Toyota Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak supplier supplier-nya Toyota. Maksutnya adalah, mereka menyuplai ke supplier Toyota yang berada di tier satu.

"Itu supplier suplliernya kami, maksudnya dia mensupply ke supplier lagi, nah baru ke Toyota. Jadi bukan serikat resmi kami langsung. Ini berada di tier dua atau tiga gitu, lah," kata Bob.

Terkait mengatas namakan Toyota terkait masalah ke supplier tersebut, Bob tidak ingin berkomentar. Ia hanya mengatakan bahwa sebenarnya itu sudah ranah dari business to business (B to B).



"Ini urusannya sudah business to business. Namun kita sudah sering bilang kepada supplier bahwa mereka harus complience, mendidik SDM-nya. Ini tuh sangat penting sebagaimana quality dan product," ujar Bob.

Toyota sendiri sudah memiliki sekitar 105 supplier yang berada di tier 1. Kalau ditarik garis panjang yakni menyertakan tier 2 dan 3, jumlah tersebut bisa jadi langsung melambung tinggi mencapai ratusan ribu.

"Kita selalu perhatikan quality product, cost, delivery, complience, dan hal lainnya karena kan Toyota ini juga melakukan ekspor. Nah kalau ekspor terganggu, kepercayaan konsumen juga terganggu. Karenanya kita ketat," tutupnya. (ruk/lth)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads