Seperti dilaporkan Automotivenews, Selasa (21/4/2015), permintaan mobil mewah turun setelah Presiden Tiongkok Xi Jinping gencar menekan angka korupsi di pemerintahannya. Kini gerakan itu sudah memasuki tahun ketiga.
Akibatnya, otomatis sesuai hukum pasar, permintaan turun harga barang pun turun. BMW misalnya, sudah menurunkan harga beberapa model untuk menenangkan dilernya. Hal itu dilakukan untuk menenangkan para dilernya, dan dinilai sebagai pertanda menurunnya permintaan mobil mewah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, Kepala BMW di Tiongkok, Karsten Engel, mengatakan pihaknya akan memangkas jumlah produksi pada kuartal kedua tahun ini. Namun dia tak bersedia merinci kebijakan itu.
"Kami beradaptasi dengan situasi, untuk memastikan diler tidak terlalu banyak menimbun (stok)," tutur Engel dalam sebuah wawancara dengan sejumlah media di pameran mobil Shanghai.
Dia menyebutkan, langkah adaptasi seperti itu merupakan cara yang lumrah untuk menyesuaikan diri dengan kondisi pasar. "Ini adalah (kondisi) yang normal, (karena) kita juga harus menerima dan beradaptasi dengan ini (kondisi pasar),β ucapnya.
Pria berkepala plontos itu mengatakan mobil-mobil yang bisa menarik perhatian warga Tiongkok adalah SUV dan mobil berukuran kompak. Dia juga menambahkan akan menjual sedan khusus Tiongkok. Sedan itu akan dijual di bawah harga Seri 3.
Tak hanya BMW Group yang melakukan pemotongan harga. Pabrikan lain, Ford Motor Company dan Volkswagen Group diketahui melakukan hal yang sama.
Pemotongan harga mencapai 10 persen dalam beberapa pekan terakhir. Menurut lembaga riset Sanford C. Bernstein & Co, pertumbuhan merek mewah dari pabrikan asing hampir nol persen di Tiongkok.
(arf/ddn)












































Komentar Terbanyak
Kemenangan Gila Pebalap Indonesia Kiandra di Barcelona: Start 24, Finis ke-1
Warga Rela Antre Panjang di SPBU Swasta, Ketimbang Isi Pertalite Was-was Brebet
Wuling Darion Meluncur di Indonesia: Ada EV dan PHEV, Harga Mulai Rp 356 Juta