Ini Rahasia Merek China Bisa Jual Mobil Listrik Harganya Murah Banget

Ini Rahasia Merek China Bisa Jual Mobil Listrik Harganya Murah Banget

Alvito Devano - detikOto
Kamis, 12 Sep 2024 07:10 WIB
BYD M6 Dok BYD
BYD M6, mobil listrik MPV yang dijual dengan harga murah di Indonesia (Foto: Dok BYD)
Jakarta -

China menjadi negara yang memimpin kompetisi dan penjualan mobil listrik dunia, mengalahkan negara 'kuat' seperti Jepang dan Jerman.

Salah satu keunggulan yang membuat China menonjol adalah teknologi yang canggih yang ditanamkan pada beragam produk-produknya. Hal lainnya adalah perihal harga, di mana BYD dkk dibaderol dengan harga yang jauh lebih murah dibanding brand negara lain.

Di Indonesia mobil listrik asal China juga dijual dengan harga murah. Misalnya Seres E1 B-Type yang dijual dengan harga Rp189.000.000. Meskipun harganya cukup terjangkau, mobil ini mampu menempuh jarak hingga 180 km dalam sekali pengisian penuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, ada juga Wuling Air-EV Lite yang dijual dengan harga Rp209.000.000. Yang terbaru dan sangat menyita perhatian tentu saja BYD M6, yang meluncur di GIIAS 2024 dan dilepas dengan banderol harga mulai dari Rp 379 juta.

Wuling Air ev di KTT ASEAN 2023Wuling Air ev di KTT ASEAN 2023 Foto: dok. Agung Pambudhy/detikcom

Mengapa China bisa jual mobil listrik dengan harga murah?

ADVERTISEMENT

Dilansir dari Marketplace.org, Selasa (10/9/2024), ada beberapa hal yang membuat mobil China punya harga yang sangat kompetitif.

Subsidi Pemerintah

Pemerintah China diketahui telah memberikan subsidi terhadap industri kendaraan listrik disana. Berbagai subsidi yang diberikan di antaranya lahan yang murah, pembiayaan preferensial, hingga bahan baku dengan harga di bawah pasaran.

Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh Uni Eropa, bahkan pemerintah China juga memberikan keringanan pajak untuk industri kendaraan listrik. Meski China membantah bahwa subsidi ini tidak adil dan mengklaim bahwa praktiknya wajar dan sah. Negara-negara seperti Uni Eropa, AS, dan Kanada tetap merasa subsidi ini memberikan keuntungan tidak adil dalam persaingan mobil listrik dunia.

Tak hanya produsen dalam negeri, pemerintah China juga memberikan subsidi ini kepada merek luar, salah satunya Tesla. Hal ini membuat Tesla pada akhirnya berani membangun pabrik besar di Shanghai, China.

PT Neta Auto Indonesia (NAI) meluncurkan Neta X di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2024 di ICE BSD City, Tangerang. Mobil listrik tersebut menjadi produk ketiga pabrikan setelah V dan V-II yang dipasarkan di Tanah Air.PT Neta Auto Indonesia (NAI) meluncurkan Neta X di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2024 di ICE BSD City, Tangerang. Mobil listrik tersebut menjadi produk ketiga pabrikan setelah V dan V-II yang dipasarkan di Tanah Air. Foto: Andhika Prasetia

Kompetisi Dalam Negeri Ketat

China memiliki lebih dari 100 merek kendaraan listrik dan hanya ada lima merek kendaraan listrik yang menguasai 60% pasar. Persaingan harga yang berlangsung pada pasar domestik mendorong harga kendaraan listrik menjadi lebih rendah. Ditambah lagi dengan lemahnya permintaan konsumen dalam negeri. Hal tersebut membuat banyak perusahaan China yang memilih untuk ekspansi ke pasar global.

Di sisi lain, kendaraan listrik asal China dilarang masuk ke Amerika Serikat dan Kanada dengan adanya tarif sebesar 100%. Tak hanya itu, Uni Eropa bahkan juga berencana untuk mengenakan tarif tambahan sebesar 36% pada semua mobil listrik buatan China. Negara-negara tersebut menilai bahwa kendaraan listrik asal China mendapatkan keuntungan yang tak adil melalui subsidi.

Tenaga Kerja Murah

Tenaga kerja yang pekerja keras dan bergaji rendah menjadi alasan lain mengapa Tesla dan merek China lainnya dapat memproduksi kendaraan listrik dengan harga yang semakin terjangkau. Sebagai contoh, salah satu pekerja di pabrik BYD mendapatkan sekitar 990 USD atau setara Rp15,3 Juta per bulan dengan jam kerja yang panjang.

Jika dibandingkan dengan pabrik mobil di Amerika Serikat, pegawai pabrik di sana mendapatkan 28 USD per jam. Sementara itu, pegawai pabrik di China hanya mendapatkan 3,6 USD per jam. Hal tersebut menunjukkan betapa murahnya gaji tenaga kerja pabrik kendaraan listrik di China.

Mobil listrik Chery Omoda E5.Mobil listrik Chery Omoda E5. Foto: Septian Farhan Nurhuda / detik.com

Rantai Pasokan Efisien

Rantai pasokan yang efisien juga menjadi salah satu alasan mengapa China bisa menjual mobil listrik dengan harga murah. China mampu mengendalikan serta meningkatkan produksi komponen mahal seperti baterai. Hal tersebut membuat produsen mobil listrik di China dapat menurunkan biaya produksinya secara signifikan.

Itulah alasan mengapa China bisa jual mobil listrik dengan harga murah. Meskipun dijual dengan harga yang terjangkau, namun fitur teknologi yang terdapat pada kendaraan listrik asal China tetaplah canggih. Faktor tersebut juga menjadi salah satu hal yang menarik perhatian konsumen global. Dengan begitu, mobil listrik asal China menjadi salah satu pilihan yang kompetitif di pasar internasional




(din/din)

Hide Ads