Satu atau dua dekade lalu, siapa yang bisa membayangkan industri mobil listrik China bisa sebesar sekarang? Bahkan, kedigdayaan mereka mulai diakui dunia.
China menempatkan salah satu perusahaannya, BYD, sebagai produsen dengan penjualan mobil listrik terbanyak di dunia. BYD sukses menjual 3 juta kendaraan nonemisi sepanjang tahun lalu dan mengungguli merek-merek asal Jepang, Eropa dan Amerika Serikat.
Di Indonesia, mobil listrik juga masih didominasi perusahaan asal China. Bahkan, pemainnya terus bertambah dari tahun ke tahun. Apa yang membuat mereka bisa semaju sekarang?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat otomotif senior sekaligus pakar desain produk di Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu, mengatakan pabrikan China saat ini telah menjadi penguasa mobil listrik di dunia. Menurutnya, ada dua hal yang menjadi modal utama, yakni teknologi canggih dan harga yang terjangkau.
"Ya, kalau bicara itu (peluang jadi raja mobil listrik), saya rasa sekarang sudah. Kalau kita lihat, negara yang paling kuat dan maju industri baterainya, saat ini mungkin juga China," ujar Yannes saat berbincang dengan detikOto, belum lama ini.
![]() |
Menurut Yannes, China telah mengembangkan mobil listrik sejak 15 tahun lalu. Ketika itu, belum banyak pabrikan yang bermain di segmen elektrifikasi. Itulah mengapa, kata dia, tak heran jika mereka kini menguasai pasar mobil listrik.
"Jadi kalau kita lihat, negara yang paling maju ekosistem kendaraan listriknya di dunia itu China. Mereka bahkan udah mulai lepas landas mengembangkan EV sejak 2009 lalu. Negara lain belum apa-apa pada tahun itu. Sekarang, di China sudah ada 20 juta lebih kendaraan listrik," terangnya.
Yannes menyebut, ada tiga negara penguasa di industri mobil listrik dunia, yakni Amerika Serikat, Korea Selatan, dan tentu saja, China.
"Sebagai negara, China mampu mengembangkan sistem manufaktur yang sangat sangat efisien. Itulah alasan utama, mengapa kendaraan yang mereka produksi harganya bisa kompetitif," ungkapnya.
Penelitian soal Minat Konsumen Indonesia
Konsultan komunikasi Asia Tenggara, Vero, bersama perusahaan manajemen pemasaran asal China, WeBridge melakukan studi soal mengapa konsumen di Indonesia tertarik membeli mobil China.
![]() |
Ada beberapa perangkat yang digunakan dalam studi ini seperti Digimind, Reputa, Fanpage Karma, Google Trends, hingga Google Keyword Planner. Kemudian data itu juga dicover dari Google Search, berita, forum, sosial media, serta statistik dari penelitian akademis.
Setidaknya dalam studi tersebut di Indonesia, 40 persen memilih produk China karena harganya. Sementara 29 persen lainnya memilih produk China karena teknologi dan inovasi yang disajikan.
Fungsionalitas dan desain menjadi 15 persen pertimbangan selanjutnya, 11 persen lainnya memilih produk China karena pertimbangan distribusi. Delapan persen sisanya membeli produk China berdasarkan hasil rekomendasi atau ulasan.
"Merek kendaraan listrik China dapat memperkuat kampanye mereka di Indonesia melalui pesan keberlanjutan yang otentik, dengan menyoroti tujuan mobilitas ramah lingkungan di Indonesia dan manfaat lingkungan dari peralihan ke kendaraan listrik. Mereka dapat menarik perhatian konsumen terhadap keberlanjutan dengan mempromosikan EV sebagai penanda gaya hidup modern, bukan hanya sebagai tren sesaat, terutama karena Indonesia dianggap sebagai salah satu penghasil emisi karbon terbesar di kawasan ini," ujar Quang Do, Vero Vice President IMC Consulting.
"Merek-merek China juga dapat menggali lebih dalam untuk mengatasi masalah konsumen dalam adopsi kendaraan listrik, seperti infrastruktur pengisian daya dan sistem penukaran baterai yang nyaman," kata dia menambahkan.
(sfn/rgr)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?