Kebakaran mobil listrik kembali terjadi di Amerika Serikat (AS) pada perayaan Natal kemarin. Kali ini, korbannya Tesla Model Y yang terbakar di kawasan Pine Level, Carolina Utara. Petugas butuh waktu lama untuk bisa memadamkan api di kendaraan.
Menurut laporan Carscoops, Kamis (28/12), Departemen Pemadam Kebakaran Pine Level sampai harus menutup jalan untuk bisa memadamkan Tesla yang terbakar. Selain itu, mereka memerlukan waktu sejam dan 36 ribu galon berisi air untuk menuntaskan misi pemadaman tersebut.
Padahal, untuk mematikan api di mobil bensin, pemadam hanya perlu 300 sampai seribu galon air. Departemen Pemadam Kebakaran Pine Level juga menegaskan, kendaraan elektrik yang terbakar di suhu 2.500 derajat celcius, apinya berpotensi muncul lagi beberapa jam setelah dipadamkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebelumnya, kasus yang sama pernah terjadi di beberapa negara di Eropa, termasuk di Prancis. Kendaraan listrik yang terbakar kerap kali menyulitkan tim pemadam untuk mematikan apinya.
Di Indonesia, penanganan terhadap kendaraan listrik yang terbakar juga diklaim belum sepenuhnya siap. Sebab, selain masih baru, kendaraan listrik juga punya komponen baterai yang membuat situasinya makin rumit.
"Tren EV di Indonesia terus meningkat, tapi safety-nya masih belum siap. Ini yang harus kita akui bersama," ujar pengamat otomotif sekaligus pakar kelistrikan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi kepada detikOto.
Kata Kemenhub soal Penanganan Mobil Listrik Terbakar
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) membenarkan, Indonesia masih belum mampu menangani kasus kebakaran mobil listrik di jalan raya. Sebab, kendaraan tersebut masih baru dan butuh studi mendalam untuk bisa memahaminya.
Analis Kebijakan Ahli Muda Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Joko Kusnanto mengatakan, selagi belum mampu menangani kasus kebakaran mobil listrik, pihaknya mengingatkan pentingnya pencegahan.
"Jadi, dari sisi pencegahannya dulu, sebelum kendaraan itu dipakai, kita uji dan sertifikasi, si baterai ini kan harus melewati mekanisme pengujian, dan pengujiannya terkait elektrikal dan environment," ujar Joko saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Elektrikal itu misalnya kalo dicas, ada shortcut, kemudian kalau environment itu vibrasi, bisa diredam dan, sebetulnya baterai yg diuji itu kemungkinan terbakarnya sudah kecil. Karena di situ kan ada baterai manajemen system kan ada sensor panas, kalau ada panas berlebih, harus dimatikan," tambahnya.
![]() |
Joko membenarkan, untuk memadamkan mobil listrik yang terbakar perlu kemampuan dan peralatan khusus. Sebab, mobil listrik yang terbakar tak bisa langsung padam saat disiram air. Bahkan, ada kemungkinan, api yang berkobar justru menyambar lewat perantara air.
"Pada saat terjadi kebakaran memang jadi tantangan buat kita juga, karena saat terjadi kebakaran energi dari baterainya juga cukup besar. untuk pemadamannya ini menggunakan usaha yg lebih besar lagi," ungkapnya.
Meski demikian, pihaknya terus melakukan studi dan sosialisasi terkait cara memadamkan mobil listrik yang tepat dan benar. Dia berharap, sebelum populasi kendaraan listrik menjadi dominan, masalah tersebut bisa segera dituntaskan.
"Kita juga lagi melakukan kajian dan studi serta sosialisasi terkait potensi kebakaran tadi, serta alat yang sesuai untuk memadamkan, karena memang kebakaran dari baterai ini cukup besar ya, tapi kita cenderung mencegah kebakaran terjadi," kata dia.
(sfn/dry)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?