Tantangan Pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia di Mata Sri Mulyani

Tantangan Pengembangan Kendaraan Listrik di Indonesia di Mata Sri Mulyani

Luthfi Anshori - detikOto
Kamis, 25 Jul 2019 13:10 WIB
Sri Mulyani Foto: Luthfi Anshori
Tangerang - Pengembangan kendaraan listrik di Indonesia masih terganjal pada persoalan belum adanya infrastruktur pendukung, dan belum diputuskannya regulasi yang mengatur kendaraan ramah lingkungan.

Namun Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani mengatakan ada tantangan lain yang lebih sulit untuk mengembangkan kendaraan listrik di Tanah Air. Yaitu terkait dengan konversi dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apa yang menjadi tantangan kita dalam memproduksi industri otomotif yang lebih ramah lingkungan? Pertama, perilaku konsumen. Konsumen perlu di-educate mengenai pentingnya berpartisipasi mengubah dan mengganti kendaraan konvensional ke kendaraan ramah lingkungan," kata Sri, di arena GIIAS 2019, ICE, BSD, Tangerang.

Toyota PriusToyota Prius Foto: Dadan Kuswaraharja


Perempuan kelahiran Lampung ini pun memberi syarat supaya mobil listrik bisa sukses di Indonesia. Menurut Sri, mobil listrik harus bagus desainnya dan punya daya saing dengan mobil konvensional.

"Kalau di AS, Tesla yang waktu diluncurkan 100 ribu USD, yang ingin membeli sampai antre. Padahal kita bisa beli mobil kayak hybrid itu 30 ribu USD itu, hari ini datang ke showroom setengah jam kemudian bisa dibawa pulang. Satu banding tiga, tapi mereka tetap beli Tesla kenapa?," tanya Sri.



"Karena mereka amaze dengan cerita dibaliknya, tentang Elon Musk, dan tentang sisi prestisnya. Jadi, konsumen bisa beli many thing dari suatu produk.
Karena industri mobil adalah bukan seperti industri non durable, ini industri durable. Sehingga banyak atribut berhubungan dengan aspek psikologis masyarakat," terang Sri.

Toyota PriusToyota Prius Foto: Dadan Kuswaraharja


Sri juga berharap supaya Gaikindo melalui pameran seperti (GIIAS 2019) ini memulai langkah mengedukasi dan mengarahkan selera masyarakat untuk menjadi lebih jatuh hati dan merasa butuh kepada mobil listrik.



"Karena kalau orang sudah jatuh hati, dia membeli produk, berarti dia akan merasa care about the world, care about Indonesia, dan care about society. Itu akan akan membuat orang lebih loyal," katanya lagi.

"Saya berharap proses edukasi terhadap kustomer harus dilakukan secara sistematik, supaya kita juga menciptakan pra kondisi market bagi movement industri konvensional ke industri berbasis kendaraan listrik," pungkas Sri.


(lua/lth)

Hide Ads