Belajar dari Kasus ABG Celaka Nyetir HR-V Berakhir Nangis Kejer

Belajar dari Kasus ABG Celaka Nyetir HR-V Berakhir Nangis Kejer

Tim detikcom - detikOto
Selasa, 23 Mei 2023 13:38 WIB
Gadis ABG berinisial L (14) di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) menabrak pohon saat belajar menyetir mobil.
Foto: Gadis ABG berinisial L (14) di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) menabrak pohon saat belajar menyetir mobil. (dok.istimewa)
Jakarta -

Lagi, anak di bawah umur yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) ditemukan mengendarai mobil. Gadis ABG berinisial L (14) menyetir HR-V baru milik temannya lalu menabrak pohon di Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Dalam video yang menyebar di media sosial terlihat Honda HR-V terbalik. Bemper dan fender area depan terlihat hancur. Di sisi lain terdengar suara wanita yang menangis histeris. Video itu sudah ditonton sebanyak 5,9 juta kali.

Kapolres Pinrang AKBP Santiaji Kartasasmita mengungkapkan penyebab kecelakaan tersebut karena ABG itu hilang fokus sehingga mobil nabrak pohon.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hasil pemeriksaan dari ibu L, bahwa anaknya hendak mengambil jaket di bawah jok sehingga membuat oleng dan menabrak pohon dan terbalik," ujar Kapolres Pinrang AKBP Santiaji Kartasasmita kepada detikSulsel, Senin (22/5/2023).

Santiaji meminta agar orang tua harus lebih ketat dalam mengawasi anak-anak mereka. Termasuk saat ingin membawa kendaraan namun masih di bawah umur.

ADVERTISEMENT

"Jelas ini jadi pelajaran kepada orang tua agar lebih waspada mengawasi anak-anak mereka, terutama yang masih di bawah umur saat berkendara," imbuhnya.

Senada dengan Santiaji, berkaca dari peristiwa anak di bawah umur mengendarai motor seperti di atas, orang tua sangat berperan penting untuk mencegah anak-anaknya berkendara di jalan raya.

"Orang tua harus tahu kalau risiko bahaya saat berkendara itu tinggi, jangankan asal-asalan. Hati-hati saja belum tentu aman," kata Praktisi keselamatan berkendara dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana kepada detikcom, Selasa (23/5/2023).

Lebih lanjut, dia mengungkapkan dalam berkendara terdapat dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, akal sehat dan emosi itu bisa dikontrol. Kedua, pengemudi lain tidak bisa dikontrol oleh diri sendiri.

"Nah, akal sehat itu kaitannya dengan tidak melakukan hal-hal lain dalam berkendara. Misalnya emosi yang bisa mengganggu, terlalu berlebihan dalam bersikap. Senang, sedih, marah adalah ungkapan yang normal dari seseorang dalam beraktivitas tapi bisa dikontrol jangan berlebihan. Hal itu salah satu yang diketahui dari orang tuanya," ujar Sony.

Memang salah satu kompetensi mengemudi di Indonesia adalah kewajiban memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Syaratnya sudah berumur 17 tahun, tapi menurut Sony umur 17 tahun hanya referensi, tidak ada penilaian yang adil soal kesiapan mental di jalan. Apalagi yang masih di bawah umur.

"Usia 17 tahun di Indonesia sudah dianggap dewasa dalam bersikap, berpikir, dan bertindak. Tapi dalam berkendara ukurannya susah atau belum tentu, karena tidak ada penilaian yang fair menyangkut kesiapan mental seseorang," sambung dia lagi.

Belajar nyetir buat pemula jangan langsung ke jalan raya

Setelah umur memenuhi syarat. Hal yang patut jadi perhatian ialah belajar nyetir itu tak bisa sembarangan. Soalnya, mengemudi merupakan kegiatan yang berisiko besar, nyawa menjadi taruhannya.

"Step 1 harus di dalam lingkungan tertutup. Pelajari cara operasional, safety zone, pergerakan kendaraan secara gradual dan mengasah mental pengemudi. Dan itu pun harus didampingi instruktur yang bersertifikat," kata Sony.

Sementara itu, Sony menambahkan, jika belajar mengemudi telah dilakukan di lingkungan tertutup dan sudah lancar, pengemudi pemula bisa melanjutkannya ke jalan raya. Tapi tetap dengan persyaratan.

"Step 2 baru bisa di jalan raya, apabila diyakini dan didampingi oleh instruktur yang memberikan izin. Karena di tempat umum bahayanya besar. Kalaupun tidak kecelakaan saat itu, maka akan kecelakaan besok-besok. Kenapa? Karena step 1 di atas tidak matang," ujar Sony.

"Jangan pernah menganggap mudah dan gampang dalam mengoperasionalkan kendaraan, karena salah-salah atau tidak paham risikonya fatality (kematian) dan nyawa," sambungnya.




(riar/rgr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads