Belakangan jagat sosial media ramai menampilkan dua mobil jenis Low Cost Green Car (LCGC) yang tampak mengangkut muatan melebihi kapasitasnya. Keduanya disebut akan melakukan perjalanan mudik tapi tidak diketahui pasti apa tujuannya. Pertama ada Toyota Agya yang memuat motor di bagasi. Motor itu tak sendiri, ada juga kardus hingga koper yang diikat menjadi satu dengan kondisi pintu bagasi terbuka.
Kedua, ada Toyota Calya yang terlihat mengangkut motor di atap mobil. Terlihat ada roof rack dari besi di atap untuk mengikat Honda Scoopy di atas. Sejatinya, dua mobil LCGC merupakan mobil penumpang yang diperuntukan untuk mengangkut orang.
Mengutip Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM 15 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam Trayek dijelaskan bahwa mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk maksimal 8 orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3.500 kg.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalaupun mengangkut barang masih diperbolehkan. Tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan nomor PM 60 tahun 2019 Pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa dalam kondisi tertentu angkutan barang dengan kendaraan bermotor dapat menggunakan mobil penumpang, mobil bus, atau sepeda motor.
Adapun kondisi tertentu yang dimaksud adalah:
- belum tersedianya mobil barang
- efisiensi pengangkutan, dan
- kondisi lainnya.
Mobil penumpang juga harus memenuhi persyaratan teknis seperti tersedia ruang muatan dan/atau tempat muatan yang dirancang khusus, barang yang diangkut sesuai dengan ruang muatan, dan jumlah barang yang diangkut tidak melebihi daya angkut sesuai dengan tipe kendaraannya. Tak lupa tetap memperhatikan keselamatan sepanjang jalan.
Kemudian pada ayat 7 dijelaskan bahwa angkutan barang dengan menggunakan mobil penumpang, mobil bus, atau sepeda motor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan faktor keselamatan dan keamanan penumpang.
Bila melihat aturan yang di atas, tampak dua pengendara LCGC pengangkut motor itu terlihat mengabaikan keselamatan. Bahkan Instruktur Defensive Driving and Riding Global Defensive Driving Consultant (GDDC) Andry Berlianto tak segan menyebutnya menjadi mirip truk Over Dimension Over Loading. Kondisi muatan yang banyak dapat mengganggu kestabilan pengendara.
"Bidang pandang pengemudi ke belakang (via spion tengah) jelas akan tertutup dan tak mampu melihat/memonitor situasi di belakang," jelas Andry.
(dry/din)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?