Perilaku road rage atau kekerasan di jalan kembali terjadi antara pengemudi Innova dan driver ojek online lantaran jalan yang mepet. Adu jotos pun tak terelakan. Lantas bagaimana semestinya seorang pengendara agar bisa meredam emosi di jalan?
Dalam video CCTV yang beredar di media sosial, dan diunggah oleh akun @memomedsos terlihat mulanya ada mobil Kijang Innova saling berhadapan dengan sepeda motor.
Lalu, pemotor tersebut minggir untuk memberi jalan. Kemudian saat mobil hendak melanjutkan perjalanan, pemotor malah mengetuk body dari mobil tersebut.
Hal tersebut nampaknya menyulut emosi dari sopir. Sejurus kemudian sopir tersebut langsung turun dari mobil, mendekati pemotor tersebut.
Tak disangka ada orang lain yang ikut campur mendatangi kejadian tersebut. Sejurus kemudian, orang tersebut langsung adu jotos dengan sopir Innova. Walhasil keributan terjadi, para warga sekitar langsung melerainya.
Postingan tersebut langsung memancing respon warganet. Disebutkan kejadian itu berada di Jl. Selat Panjang, Medan pada Jumat (25/3/2022) lalu. Banyak pihak menyayangkan urusan sepele seperti itu seharusnya bisa diselesaikan dengan cara lebih bijaksana.
"Waduh jgn lah berkelahi .. permasalahan seperti ini... Cukup lawan dgn kesabaran dan kepala dingin," komen @dod***
"Kalau liat cctv itu..ojolnya yg mukul duluan yg salah. Trs mgkin teman² yg lain terprovokasi. Yaaa..paling ntar jg minta maaf klarifikasi.. Biasalah.," komen @pug***
"Ribut terus. Mending sono ke Ukraina," timpal yang lainnya.
View this post on Instagram
Tentu kejadian semacam ini memancing ragam respons dari berbagai kalangan. Terlepas siapa yang salah dan siapa yang benar, dari sisi keamanan berkendara sebaiknya emosi antar pengguna jalan bisa lebih diredam.
"Tekan emosi hingga arogansi karena jalan itu milik bersama," ujar Praktisi Keselamatan Berkendara, Andry Berlianto beberapa waktu yang lalu kepada detikcom.
Jalan raya yang memang menjadi hak semua orang, hindari sikap arogansi untuk mendapatkan prioritas di jalan. Fungsi aturan dijalankan, bukan untuk pajangan semata.
"Jadilah pengendara yang taat pada aturan di jalan dan saling menghormati saja," kata Andry.
Pengemudi juga mesti paham etika berkendara di jalan. Sebab, bukan tidak mungkin perilaku berkendara juga memancing emosi pengendara lain di jalan.
Hindari juga gesture yang berpotensi menimbulkan provokasi. Jangan sampai Anda memancing emosi pengguna jalan lain dengan menyalakan klakson panjang, mengacungkan jari tengah, atau hal-hal lain yang memicu emosi.
"Beri tanda (komunikasi) ketika ingin bermanuver seperti menyalip, berbelok, atau berpindah jalur seperti menyalakan sein lebih awal. Bisa juga dibantu dengan menyalakan lampu jauh atau klakson untuk memberi tahu keberadaan kita, namun lakukan dengan sopan dan tidak berlebihan," kata Praktisi Keselamatan Berkendara, Yudi Prasetyo.
Seperti dikutip dari studi yang dirilis oleh AAA Foundation for Trafic Safety, 80 persen pengemudi mengalami road rage. Banyak hal nekat dilakukan, mulai dari berteriak, memencet klakson secara berlebihan, tailgating, hingga memblok jalan mobil yang telah menyalip mereka hanya untuk bertengkar.
"Sangat normal bagi pengemudi untuk mengalami kemarahan di balik kemudi, tetapi kita tidak boleh membiarkan emosi kita mengarah pada pilihan yang merusak," kata Jake Nelson, Direktur Riset dan Advokasi Keselamatan Lalu Lintas AAA.
"Jangan mengambil risiko memperburuk situasi yang membuat frustrasi karena Anda tidak pernah tahu apa yang mungkin dilakukan pengemudi lain. Pertahankan pikiran yang dingin, dan fokuslah untuk mencapai tujuan Anda dengan aman," sambung dia.
Lebih lanjut, menurut praktisi keselamatan berkendara yang juga Founder dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, keributan dan pelanggaran lalu lintas adalah bentuk ketidakdisiplinan dan tidak adanya etika dalam berkendara di jalan raya.
Padahal, dalam berkendara, tak cuma keterampilan mengemudi yang dibutuhkan, tapi juga empati, kedisiplinan dan pengetahuan.
"Mungkin sistem metode pembelajaran kita yang salah. Metodologi dari edukasi kita perlu diperbaiki. Semua hal yang menyangkut edukasi. Kemudian prosesnya, untuk menyaring mereka yang kompeten dalam hal edukasi tadi yaitu SIM. Kalau (pengambilan) SIM ada permasalahan, maka di situ harus diperbaiki. Semua stakeholder harus memberikan kontribusi, mulai dari akar permasalahan. Supaya kita mengerti bahwa ketika kita berada di jalan raya itu ruang publik. Untuk mengatasi semua mulai dari kecelakaan, kenyamanan, kelancaran, maka kita harus mengerti aturan-aturan yang ada," beber Jusri.
Sosok Minggu Ini: Adi, Penyandang Down Syndrome Kolektor Medali
(riar/riar)