Beberapa tahun lalu Royson Joseph adalah pengusaha travel sukses di Kerala, India. Tapi Covid telah menghancurkan bisnisnya, bus-bus yang dia miliki kini dijual kiloan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebelum pandemiu datang, wilayah Kerala di India ramai dengan bus-bus wisata. Tingginya angka kunjungan turis mendongkrak bisnis penyewaan kendaraan dan travel.
Royson Joseph jadi salah satu yang berhasil. Bergerak di bidang penyewaan bus, dia sempat memiliki 20 bus mewah. Mulai dari sleeper bus sampai semi sleeper.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sebagaimana banyak sektor bisnis lumpuh gegara Corona, kondisi serupa menimpa Royson Joseph. Dalam dua tahun terakhir bisnisnya perlahan tumbang. Sampai akhirnya dia kini menyerah.
Dikutip dari indiatimes, Royson Joseph dalam beberapa waktu terakhir mulai menjual bus-busnya. Namun bus-bus tersebut tidak dijual sebagai sebuah unit yang utuh. Melainkan dijual kiloan, alias per kilogram.
Royson Joseph terpaksa menjual busnya secara kiloan demi bisa memberi makan keluarganya. Aksi Royson menjual busnya dimuat dalam grup Facebook Contract Carriage Operators Association Kerala (CCOA).
Dalam postingan itu ditulis kalau bus-bus yang tadinya jadi simbol kesuksesan Royson kini dijual dengan harga sekitar Rp 8.500 per kg.
Royson mengeluhkan dirinya masih ditagih pajak, asuransi, dan kewajiban membayar gaji karyawan saat kondisi bisnis sedang jatuh. Pada akhirnya dia harus membayar itu semua dari kantong pribadinya.
"Saya tidak sanggup lagi menjalankan bisnis ini. Saya sudah menjual 10 dari 20 bus yang saya punya. Saya siap menjual bus-bus itu sebagai barang rongsokan. Kelanjutan keluarga saya bergantung pada hal ini. Karyawan saya juga sudah mengalami krisis," kisah Royson.
![]() |
Protes ke Pemerintah dan Polisi
Royson juga melontarkan protes atas sikap kepolisian dan departemen transportasi yang dia nilai sudah bersikap tidak adil. Ternyata armadnya beberapa kali diwajibkan membayar denda dalam jumlah besar akibat melanggar aturan penumpang.
"Saya membayar nyaris Rs 40.000 (sekitar Rp 7,6 juta) untuk setiap bus. Saya juga membayar pajak bahan bakar, membayar asuransi Rs 80.000 (Rp 15 juta) . Namun tetap saja bus-bus yang saya punya dirazia di tengah perjalanan tanpa alasan jelas," keluh Royson lebih lanjut.
CCOA menyebut banyak perusahaan bus dan travel mengalami kebangkrutan akibat pandemi. Lebih buruknya lagi, tercatat ribuan bus disita oleh pemberi pinjaman akibat pengusahanya tidak lagi sanggup membayar cicilan.
(din/din)
Komentar Terbanyak
Heboh Polantas Tanya 'SIM Jakarta', Begini Cerita di Baliknya
Sertifikat Kursus Nyetir Jadi Syarat Bikin SIM, Gimana kalau Belajar Sendiri?
Difatwa Haram, Truk Pembawa Sound Horeg Masuk Kategori ODOL?