Setelah Ujian Teori 192 Kali Selama 17 Tahun, Pria Ini Tetap Gagal Dapat SIM

Setelah Ujian Teori 192 Kali Selama 17 Tahun, Pria Ini Tetap Gagal Dapat SIM

Luthfi Anshori - detikOto
Minggu, 21 Mar 2021 10:18 WIB
Ilustrasi nyetir mobil
Ilustrasi mengemudi mobil. Foto: Shutterstock
Jakarta -

Di luar negeri, proses mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) bisa menjadi perkara yang susah diwujudkan. Jadi jangan heran, jika ada pengemudi mobil yang harus mengalami kegagalan berulang kali saat proses ujian SIM. Contoh kasus yang menarik terjadi di Polandia, di mana ada seorang pria yang harus menjalani tes teori sebanyak 192 kali selama 17 tahun lamanya, namun belum juga lulus untuk lanjut ke tahapan tes praktik.

Seperti dikutip dari World of Buzz, seorang pria 50 tahun dari Piotrków Trybunalsk, Polandia, harus melakukan tes teori mengemudi lebih dari 192 kali dan memakan waktu selama 17 tahun terakhir. Pria itu pun memegang rekor jumlah percobaan gagal tertinggi dalam tes teori SIM di negara tersebut.

Menurut laporan Notes From Poland, tingkat kelulusan untuk tes teori pengemudi di Polandia biasanya berkisar antara 50% hingga 60%. Tetapi rata-rata, mereka bisa lulus tes teori di percobaan kedua dan ketiga. Kandidat harus lulus ujian teori sebelum diizinkan lanjut ke ujian praktik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, setelah hampir dua dekade, seorang pria Polandia tetap gagal lolos ujian teori dan telah menghabiskan biaya ujian sekitar 6.000 zloty atau setara Rp 22,3 juta.

Rekor terburuk kedua untuk jumlah upaya gagal dalam percobaan tes teori pengemudi dipegang oleh seorang pengemudi yang mengalami kegagalan 40 kali.

ADVERTISEMENT

Seorang instruktur mengemudi setempat turut menyoroti kasus tersebut. Ia menilai seharusnya ada batas tertentu bagi pengemudi untuk melaksanakan ujian teori.

"Harus ada peraturan di Polandia yang melarang seorang kandidat mengikuti ujian lebih dari 20 atau 30 kali," kata Stanisław Kobusiewicz.

"Jika seseorang tidak tahu aturan (lalu lintas), dia tidak boleh mengemudi di jalanan. Bagaimanapun, itu bisa membahayakan orang lain," tambahnya.




(lua/riar)

Hide Ads