Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat pergerakan masyarakat semakin sempit berdampak pada pendapatan angkutan umum. Seperti yang diceritakan salah satu sopir angkot trayek Gandaria-Kampung Melayu kepada detik.com.
"Penghasilan mengalami penurunan drastis (Selama PSBB-Red), di bawah 50 persen jika dibandingkan dengan hari biasanya. Kalau biasanya penghasilan terbaik bisa mencapai Rp 170-200 ribu, saat ini penghasilan bersih saya hanya Rp 50 ribu," cerita sopir angkot yang enggan disebut namanya.
Lelaki murah senyum ini menceritakan, dirinya tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah dan bertawakal. Dan berharap, semoga pandemi virus Corona ini cepat berlalu.
"Memang penumpangnya sangat sedikit dan banyak orang yang tidak bekerja kan. Jadi ya saya pasrah saja. Untung istri dan anak saya beriman, jadi mereka sangat mengerti rezeki sudah ada yang mengatur dan saya hanya berusaha. Sehingga mereka bisa mengerti situasi saat ini, meski begini keadaannya," kata sopir tersebut.
![]() |
"Semoga ini cepat berlalu. Karena saya melihat Pak Anies (Baswedan, Gubernur DKI Jakarta) sudah sangat berusaha untuk bisa menekan penularan virus ini. Semoga cepat kembali normal," sopir tersebut menambahkan.
Masyarakat kecil menjadi kelompok yang terdampak paling besar akibat pandemi corona. Mereka dianggap pantas dapat perhatian lebih dari pemerintah, selain ojek online yang belakangan terkesan jadi anak emas. Hal itu seperti disampaikan pengamat transportasi yang juga Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno.
Djoko mengatakan pemerintah atau BUMN sebaiknya dapat bertindak adil terhadap seluruh profesi angkutan umum. Seperti diketahui, pengemudi ojol kini mendapat keistimewaan berupa cashback bensin. Djoko menyayangkan pemberian cashback itu tidak berlaku adil untuk semua angkutan umum.
"Angkutan roda tiga seperti bajaj sebagai salah satu moda angkutan umum beroperasi di Jakarta sudah tidak diperhatikan keberadaannya. Sudah wilayah operasinya dibatasi, tambah semakin terpuruk di saat ojek daring (ojol) muncul dengan wilayah operasi tanpa batas. Angkutan bajaj dibiarkan beroperasi tanpa perlindungan, meski sebagai angkutan umum yang legal," sebut Djoko dalam pernyataannya yang diterima detikOto, Rabu (15/4/2020) kemarin.
Saat ini sektor angkutan umum memang terpengaruh, ditambah diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Terbatasnya aktivitas masyarakat di luar rumah membuat angkutan umum sepi penumpang.
"Pengemudi ojek daring masih punya peluang mendapatkan penghasilan dengan membawa barang. Sementara pengemudi angkutan umum lainnya tertutup peluang itu. Karena mobilitas orang berkurang dan moda yang digunakan dibatasi jumlah penumpangnya," ujarnya.
"Kementerian Pertanian juga menggandeng perusahaan aplikator transportasi daring untuk pembelian sembako via daring. Di samping itu, perusahaan transportasi daring dapat banyak sekali funding, Beda halnya dengan perusahaan-perusahaan transportasi lainnya harus berupaya mandiri," sebut Djoko.
Simak Video "99% Warga RI Kebal Covid-19, Kemenkes: Kuncinya Kelengkapan Vaksin"
[Gambas:Video 20detik]
(lth/din)
Komentar Terbanyak
Kapolri Soroti Pengawalan saat Macet: Sirine Melengking Itu Mengganggu
Kendaraan Hilang Lapor Polisi, Kena Biaya Berapa?
Bikin Orang Malas Bayar Pajak, BBN Kendaraan Bekas dan Pajak Progresif Dihapus