Realita Sopir Truk di Indonesia: Bisa Nyetir tapi Nggak Paham Teknologi

Realita Sopir Truk di Indonesia: Bisa Nyetir tapi Nggak Paham Teknologi

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Jumat, 15 Mar 2024 15:08 WIB
Sopir truk di Pelabuhan Ciwandan
Sopir truk. (Iqbal/detikcom)
Jakarta -

Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT mengungkap alasan mengapa kecelakaan truk masih sering terjadi di Indonesia. Menurut KNKT, sopir truk kebanyakan hanya sekadar bisa nyetir, namun tak paham teknologi dan fungsi-fungsi kendaraan.

Ahmad Wildan selaku Investigator Senior KNKT mengatakan, pemahaman yang baik soal teknologi kendaraan membuat sopir truk bisa meminimalisir terjadinya kecelakaan. Namun, sayangnya, hanya sedikit sopir truk yang punya pengetahuan tersebut. Selebihnya hanya sebatas mampu mengemudikan kendaraan.

"Pengemudi harus memahami teknologi yang dihadapinya, semua pilot itu harus paham dengan semua pesawat yang akan dibawa. Kita menemukan banyak sekali kecelakaan dari hal yang simpel ya, basic," ujar Ahmad Wildan kepada detikOto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Contohnya sistem rem, rem bus itu ada tiga macam, full hydraulic brake yang berbasis dengan sistem rem hidrolis, kemudian air over hydraulic brake kombinasi pneumatic dan hidrolis, kemudian ada full air brake yang murni menggunakan pneumatic. Itu karakteristiknya beda, pengemudi kita nggak pahami itu dan kami menemukan banyak sekali kecelakaan konyol yang seharusnya nggak perlu terjadi kalau pengemudi itu paham," tambahnya.

Indonesia Mining Exhibition digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (14/9/2023). PT VKTR dan Yutong turut memamerkan truk tambang listrik di ajang tersebut.Sopir truk. Foto: Agung Pambudhy

Wildan mengingatkan, pengemudi semestinya mendapat pengetahuan dan pelatihan komprehensif sebelum mulai mengemudikan truk. Sebab, KNKT kerap menemukan kecelakaan yang disebabkan skill based error.

ADVERTISEMENT

Skill based error dilandasi ketidakpahaman pengemudi terhadap teknologi kendaraan. Ketidakpahaman pengemudi memang bukan menjadi faktor utama, namun patut menjadi perhatian khusus.

Itulah mengapa, dia berharap, pelatihan untuk sopir truk dibuat sesuai dengan temuan-temuan di lapangan, termasuk pengoperasian teknologi. Sebab, dengan begitu, mereka bisa lebih antisipatif ketika menghadapi kasus yang sama.

"Pelatihan-pelatihan digelar tidak berbasis pada temuan-temuannya. Jadi saya ambil contoh, sopir nggak bisa bedain antara service brake dan parking brake yang cara kerjanya beda. Apakah ini ada di pelatihan-pelatihan atau SIM B1 dan B2? Tidak ada semuanya," tuturnya.

"Makanya kami mendorong semua pelatihan mulailah kurikulum dari temuan-temuan KNKT mengenai penyebab kecelakaan," kata dia menambahkan.

Ada Truk Terperosok di Tol JORR Arah Jatiasih, Lalin MacetAda Truk Terperosok di Tol JORR Arah Jatiasih, Lalin Macet Foto: Dok. Istimewa Twitter TMC Polda Metro Jaya

Pentingnya Peran Pengusaha

Lebih jauh, di kesempatan yang sama, Wildan juga menyinggung pentingnya peran pengusaha dalam membina sopir truknya. Biasanya, dalam pembelian truk, produsen akan memberikan manual dan pelatihan khusus kepada master driver (sopir utama) perusahaan yang membeli unitnya.

Kemudian, master driver tersebut akan menyebarkan pengetahuan itu kepada sopir-sopir lain di bawahnya. Itulah mengapa, kata Wildan, ada peran penting pengusaha dalam memastikan komunikasi berjalan dengan benar.

"Pilot mau belajar Boeing kan nggak usah ke Amerika Serikat. Misal Sinarjaya mau beli Hino, satu master driver dilatih, kemudian setelah dapat lisensi dia bakal ngasih pelatihan ke driver-driver lain," kata Wildan.




(sfn/dry)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads