Helm dirancang untuk melindungi kepala dari kemungkinan terbentur benda-benda keras. Itulah mengapa, rancang bangunnya merujuk faktor-faktor keamanan, mulai dari material yang kuat hingga ukuran yang fit di kepala.
Namun, pengendara motor di Indonesia kebanyakan tak suka dengan helm yang benar-benar nge-fit di kepala. Sebab, selain merasa kurang nyaman, hal tersebut membuat penggunanya tak bisa menyelipkan alat dengar di telinga.
"Comfort-nya orang Indonesia (saat pakai helm) itu beda (dari orang luar negeri). Orang kita maunya longgar. Kalau bisa earphone handphone muat untuk masuk. Jadi itu definisi comfort (untuk orang Indonesia)," ujar Direktur PT Tarakusuma Indah (TKI) selaku distributor KYT, Henry Tedjakusuma di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (19/2).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Padahal, kata Henry, helm yang tidak nge-fit di kepala justru kurang aman. Sebab, ketika jatuh, perangkat tersebut tak memberikan perlindungan maksimal ke kepala. Hal itu tentu akan membahayakan penggunanya.
"Kalau helmnya tidak comfort, nah pas jatuh itu bergeser atau lepas dari penggunanya. Istilahnya helm itu airbag yang sebaik-baiknya," ungkapnya.
![]() |
Lebih jauh, Henry menyarankan, pilihlah helm yang memang nge-fit di kepala. Perasaan tak nyaman biasanya memang muncul di awal. Namun, lama-lama akan terbiasa.
Selain itu, menggunakan alat bantu dengar juga kurang disarankan. Hal tersebut bisa mengganggu fokus pengendara saat berada di jalan raya. Jadi, kata dia, utamakan keselamatan di atas segalanya.
"Kita sebut comfort, artinya helm itu harus ngepres (di kepala), mungkin orang Indonesia mikir, kok rasanya sempit ya. Tapi itu dijamin nggak sakit. Lagi pula itu kan karakteristik helm baru, agak sempit," kata dia.
(sfn/rgr)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah