Rombongan pengantar jenazah melakukan pemukulan terhadap sopir truk. Peristiwa itu terjadi di Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (3/10/2023) pukul 12.30 WIB.
Dikutip detikNews, pemukulan sopir truk ini dipicu karena salah satu pemotor pengantar jenazah ditabrak truk. Dari keterangan pemotor bernama Syarifudin, saat itu dirinya melakukan penutupan jalan sementara agar rombongan pengantar jenazah bisa lewat. Namun, truk tersebut menabrak motor yang menutup jalan itu.
"Atas kejadian tersebut spontanitas iring-iringan jenazah yang lain melakukan pemukulan terhadap sopir," ujar Kapolsek Cilincing Kompol Fernando Saharta Saragi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa arogansi konvoi pengantar jenazah bukan hanya terjadi sekali-dua kali. Bahkan, ada juga rombongan pengantar jenazah yang berlaku anarkis hingga merusak kendaraan orang lain yang dianggap menghalangi lajunya. Lantas, kenapa konvoi pengantar jenazah berlaku arogan sampai sok jagoan?
Menurut praktisi keselamatan berkendara sekaligus Founder dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, secara psikologis ketika banyak orang berkumpul dengan tujuan tertentu, mereka kerap merasa powerful.
"Jadi pada saat bersama-sama, maka solidaritas kita ini tinggi sekali. Ini berbanding lurus dengan mereka merasa kuat atau powerful," kata Jusri saat dihubungi detikcom, Rabu (4/10/2023).
Secara psikologis, kata Jusri, ketika orang berkumpul dengan tujuan yang sama, maka mereka merasa eksklusif. Dengan perasaan eksklusif itu, mudah sekali terjadi percikan keributan jika mereka diganggu.
"Ketika orang berkumpul dengan tujuan yang sama, itu mereka akan naik loyalitas mereka terhadap kesepakatan dan keinginan. Ketika mereka ada di jalan raya, keinginan mereka begitu solid sehingga yang terjadi--karena salah pemahaman--eksklusivitas mereka naik. Karena eksklusivitas mereka naik dan kompak, ini akan muncul yang namanya proteksi yang luar biasa terhadap keinginan kebersamaan tadi. Gampang sekali terjadi senggolan ketika kebersamaannya ini diganggu," jelas Jusri.
Untuk itu, agar peristiwa semacam ini tidak terulang, perlu ada tanggung jawab dari pemimpin rombongan. Sebab, jika terjadi keributan, keluarga jenazah pun akan menanggung ruginya.
"Bagaimana agar rombongan tidak arogan? Maka pimpinan, sesepuh, keluarga besar itu harus menginformasikan kepada rombongan ini agar mereka tidak melakukan sesuatu yang bodoh," sebut Jusri.
"Kasihan jenazah ini harusnya orang-orang ikut mendoakan, tapi yang terjadi adalah caci maki akibat kekesalan terhadap perilaku pengantar jenazahnya," katanya.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah